Dirut Bio Farma Ungkap Vaksin IndoVac Telan Biaya Riset Rp 300 Miliar

25 November 2022 17:45 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir (tengah) menghadiri Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered by East Ventures di Jakarta, Jumat (25/11/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir (tengah) menghadiri Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered by East Ventures di Jakarta, Jumat (25/11/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengungkapkan persoalan yang dihadapi industri vaksin adalah pada anggaran riset. Sebagai satu-satunya manufaktur vaksin di Indonesia, setidaknya hal itu yang dirasakan Bio Farma ketika berhasil menemukan vaksin COVID-19 IndoVac.
ADVERTISEMENT
"Kami untuk produksi satu jenis vaksin IndoVac, kita habiskan hampir Rp 300 miliar. Dan kalau uji risetnya gagal itu uang hilang," kata Basyir dalam acara Kompas100 CEO Forum ke-13 Powered by East Ventures di Jakarta, Jumat (25/11).
"Lembaga-lembaga finance juga mikir, kalau Bio Farma pinjam duit itu untuk bikin vaksin kan mikir. Kalau gagal bagaimana," ujarnya.
Namun, Basyir menegaskan kekhawatiran tersebut tidak akan terjadi karena Bio Farma dalam melakukan riset juga berkolaborasi dengan berbagai lembaga riset dan pemerintah.
Basyir menyoroti bagaimana Pandemi COVID-19 membuat lintas lembaga bahu-membahu, mulai dari lembaga riset, industri farmasi, hingga pemerintah sebagai regulator. Berkat itu, Bio Farma bisa memproduksi IndoVac.
"Dengan kolaborasi semua itu ternyata bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 1,5 tahun kita bisa menemukan vaksin," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kemandirian produksi vaksin dalam negeri menurut Basyir juga menjadi perhatian khusus. Belajar dari pandemi COVID-19 lalu, ketika negara kaya membatasi pasokan vaksin mereka bahkan mengamankan dua kali lipat pasokan dosis vaksin dari jumlah populasi masyarakatnya.
"Indonesia bagaimana? Kita punya Bio Farma, Satu-satunya manufaktur vaksin yang ada di Indonesia. Kita mulai berpikir untuk bisa memproduksi sendiri," pungkasnya.