Dirut MRT: RI Kehilangan Rp 90 T/Tahun Akibat Tak Bangun Infrastruktur Publik

6 Juli 2022 12:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
enumpang bersiap untuk duduk di atas atas MRT di Jakarta, Rabu (22/6/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
enumpang bersiap untuk duduk di atas atas MRT di Jakarta, Rabu (22/6/2022). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Direktur Utama MRT William Sabandar, bicara mengenai kerugian puluhan triliun rupiah yang dialami Indonesia imbas tak segera dibangunnya infrastruktur transportasi publik. Angka ini, kata dia, merupakan estimasi kerugian berdasarkan hitung-hitungan World Bank.
ADVERTISEMENT
"Kita kehilangan dihitung World Bank sekitar Rp 90 triliun per tahun akibat do nothing. Akibat tidak melakukan pembangunan infrastruktur publik," ujar William dalam webinar bertajuk dampak ekonomi pembangunan MRT, Rabu (6/7).
Besaran kerugian ini dihitung berdasarkan kemacetan, polusi, serta waktu tempuh yang jauh lebih lama akibat tanpa adanya transportasi publik.
Hal ini disampaikan oleh William dalam konteks kerap terkendalanya pembangunan MRT di Indonesia lantaran terbentur dana. William mengungkapkan moda raya terpadu yang sudah digagas sejak BJ Habibie saat masih Menristek di tahun 1985 itu, baru bisa dinikmati Indonesia pada tahun 2019.
Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Pembangunan MRT fase satu Lebak Bulus-Bundaran HI, kata William, memang membutuhkan dana tak sedikit. Dengan panjang jalur 16 kilometer, dibutuhkan dana Rp 1 triliun per kilometernya.
ADVERTISEMENT
Sementara untuk pembangunan fase kedua dengan panjang 12 km, butuh setidaknya hingga Rp 30 triliun. Kendati demikian, angka tersebut sepadan dengan dampak dan potensi keberadaan MRT terhadap perekonomian.
Atas dasar itu, ia meyakini pembangunan infrastruktur MRT bakal punya manfaat signifikan terhadap aspek sosial ekonomi, lingkungan, hingga perekonomian skala makro.
"Tidak ada lagi alasan infrastruktur dengan biaya tinggi ini tidak dibangun. Karena di mana pun di dunia ini kota-kota modern, kalau kita mau menjadi modern back bone-nya harusnya MRT," ujarnya.