Dirut Semen Indonesia Dicecar Anggota DPR soal Harga Naik di Saat Demand Turun!

29 November 2022 18:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018 Foto: Dok: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
zoom-in-whitePerbesar
Kinerja PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tahun 2018 Foto: Dok: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMBR) sempat dicecar oleh anggota DPR terkait keputusan menaikkan harga produknya 2-3 persen di tengah permintaan semen yang turun drastis.
ADVERTISEMENT
“Kenapa bapak naikin harga pas demand sedang turun? Kan aneh. Mestinya demand lagi turun bapak jangan naikin harga, mungkin bapak (bisa) turunkan lagi,” ujar Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto saat RDP bersama direksi Semen Indonesia Selasa, (29/11).
Darmadi juga menyebutkan, seharusnya brand equity Semen Indonesia dapat terjaga lantaran perusahaan merupakan market leader atau pemimpin pasar.
Semestinya, lanjut dia, konsumen Semen Indonesia akan membeli produknya terlepas dari fluktuasi harga yang terjadi. Artinya, Semen Indonesia tidak sensitif dengan pergerakan harga semen di pasaran.
“Bapak sempat bilang semen price sensitive. Bapak itu market leader, berarti equity (branding) bapak itu masih rendah (kalau menaikkan harga), jadi apa yang bapak kerjakan selama ini? Kenapa market leader bisa price sensitive? Kalau brand equity ini kuat, konsumen bapak tidak jadi price conscious buyer,” tegas Darmadi kepada jajaran direksi Semen Indonesia.
ADVERTISEMENT

Alasan Semen Indonesia Naikkan Harga

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk resmi memperkenalkan logo baru bertajuk SIG. Foto: Selfy Momongan/kumparan
Sementara itu, Direktur Utama PT Semen Indonesia (SMBR), Donny Arsal mengatakan, saat ini permintaan semen menurun drastis karena kondisi pasar yang melambat dan kompetisi yang semakin ketat terutama di sektor konstruksi dan real estate. Sehingga untuk menutup operational cost yang semakin tinggi, perusahaan memutuskan untuk menaikkan harga.
Apalagi ekspor juga turun 44 persen karena keterbatasan supply batu bara. Hal ini lantaran harga batu bara yang signifikan menyebabkan cost of operation yang sangat tinggi.
“Jadi tahun ini sampai Oktober itu demand turun 16,7 persen (5.465.501) dibandingkan tahun lalu yang mengalami peningkatan 5,5 persen (6.559.570). Kalau kita lihat dari total demand nasional, kondisi market saat ini memang dalam kondisi oversupply, ada yang capacity 160 juta ton per tahun, demand hanya sebesar 63 juta per tahun, jadi hampir mencapai 95 persen dari total demand over supply-nya,” kata Donny di Komisi VI DPR RI, Selasa (29/11).
ADVERTISEMENT
Perseroan mencatat hingga saat ini terjadi penurunan penjualan 0,2 persen secara year on year (yoy), bahkan untuk permintaan semen domestik anjlok hingga 6 persen (yoy).