Disamakan dengan Bom, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Sulit Dibangun di RI

15 Oktober 2020 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Kementerian ESDM menyatakan, nuklir masih menjadi pilihan terakhir untuk dijadikan sumber energi di Indonesia. Sebab, selama ini masih ada penolakan dari masyarakat ketika pemerintah hendak membangun infrastruktur tenaga nuklir.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan ESDM Rida Mulyana mengatakan, penolakan terjadi karena masyarakat masih menganggap nuklir sama seperti bom yang bakal membahayakan ketika dibangun, terutama di dekat tempat tinggal mereka. Padahal, nuklir juga digunakan untuk bahan baku di sektor kesehatan dan pertanian, misalnya untuk membuat bibit unggul.
"Tapi kalau untuk pembangkit listrik, orang masih cenderung mengasosiasikan N (nuklir) yang di belakang itu sebagai bom. Ini yang membuat sebagian masyarakat masih resisten menolak itu," kata Rida dalam diskusi PLN secara virtual, Kamis (15/10).
Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (10/9). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Rida mengungkapkan, dalam beberapa survei, penolakan dari masyarakat terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) sebenarnya sudah berkurang menjadi hanya 30 persen. Tapi pemerintah tidak bisa mengabaikan begitu saja pendapat mereka yang menolak pembangunan pembangkit ini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, banyak investor yang sudah tertarik ingin mengembangkan PLTN di Indonesia. Ketertarikan investor karena pengembangan PLTN sudah lebih mudah, termasuk perencanaannya yang sebelumnya terbilang mahal.
Apalagi, perkembangan teknologi membuat nuklir juga sangat mungkin dibangun di daerah remoter atau terpencil seperti di Indonesia Timur.
"Sudah banyak yang tawarkan ke kita, tapi pada saat teknologi sudah ada, pada saat pendanaan sudah ada, resources data sudah kita punyai, at the end kita juga harus tanya ke masyarakat luas, mau enggak? Sementara surveinya meski membaik, sekitar 70 persen menerima kehadiran PLTN terutama di Bangka maupun Kalbar, tapi harus tetap perhatikan yang 30 persen (nolak)," kata dia.
Selain itu, di Indonesia juga masih banyak sumber energi terbarukan yang belum dioptimalkan mulai dari panas bumi hingga energi bayu. Rida khawatir ketika nuklir dikembangkan, energi terbarukan yang lain tidak bisa optimal. Karena itu, nuklir ditempatkan di bagian paling akhir oleh pemerintah untuk dikembangkan di Indonesia sebagai pembangkit listrik.
ADVERTISEMENT
"Dengan pertimbangan dan sesuai kebijakan pemerintah, nuklir ditaruh di belakang. Maka sampai saat ini masih konsisten menempatkan nuklir jadi pilihan terakhir," ujarnya.