Disebut Najib Razak Kalah dari Indonesia, Malaysia Mulai Ditinggal Investor?

18 Desember 2020 15:02 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak Foto: REUTERS/Beawiharta
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak Foto: REUTERS/Beawiharta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mantan Perdana Menteri Najib Razak menyebut tren investasi Malaysia tertinggal jauh dari Indonesia. Sebab, sejumlah perusahaan global seperti Google, Temasek, hingga Tesla lebih melirik Indonesia sebagai tujuan investasi.
ADVERTISEMENT
Padahal, menurutnya, saat dia memimpin negara tersebut, Malaysia memiliki potensi pertumbuhan investasi di Asia. Terpidana 12 tahun penjara dalam kasus skandal korupsi 1MDB (Malaysia Development Berhad), mengaku kasihan dengan Malaysia.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah mengatakan, tren investasi Malaysia memang sedang menurun selama kurang lebih 10 tahun terakhir. Penyebabnya kekisruhan politik yang berujung pada berbagai kebijakan yang dianggap tidak cukup mendukung iklim investasi.
"Kondisinya saat ini Malaysia menurun, terutama kisruh politik di sana. Puncaknya justru kasus (korupsi) Perdana Menteri Najib Razak," kata dia kepada kumparan, Jumat (18/12).
Di sisi lain, Indonesia tengah berbenah sejak lima tahun terakhir untuk memperbaiki regulasi mengenai investasi. Walaupun belum banyak membaik, tetapi menurut dia, upaya pemerintah Indonesia untuk memperbaiki iklim investasi seperti mengeluarkan 16 paket kebijakan pada periode pertama Jokowi diapresiasi investor global.
Jokowi bersama Najib Razak Foto: Rosa Panggabean/Antara
Selain itu, disahkannya UU Cipta Kerja juga menjadi alasan investor global melirik Indonesia. Mereka menjadi tertarik untuk masuk dan berbisnis di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
"Hal lain yang harus diingat juga, pasar Indonesia dengan jumlah penduduk 260 juta jauh lebih menarik daripada Malaysia. Apalagi Indonesia memiliki banyak sumber daya alam. Jadi, Malaysia sedang menurun, Indonesia justru lagi berbenah," lanjut Piter.
Sebelumnya, Najib yang berstatus bebas dengan uang jaminan itu, menyertakan tangkapan layar atas berita media soal langkah investasi perusahaan teknologi terkemuka itu di Indonesia.
Misalnya saja berita tentang investasi Google dan Temasek ke Tokopedia, utusan Tesla ke Indonesia untuk menjajaki investasi Nikel, hingga tawaran Jokowi ke Elon Musk untuk meluncurkan roket SpaceX dari Indonesia.
Tesla. Foto: Jason Reed/Reuters
Dia pun menyebut Malaysia kini tak lagi jadi negara tujuan investasi dunia. Padahal bekas pemimpin Barisan Nasional (BN), koalisi partai yang pernah berkuasa di Malaysia, ini mengeklaim negaranya pernah punya potensi pertumbuhan tinggi di Asia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan catatan kumparan, sejumlah perusahaan asing yang disebut Najib, tidak semuanya benar-benar menanam modal di Indonesia. Beberapa perusahaan asing seperti Google, Tencent, Paypal, dan Facebook memang telah menyuntikkan modalnya ke Gojek Indonesia.
Akan tetapi, untuk Tesla dan Amazon, belum ada dana yang mereka parkir di Indonesia. Tesla yang beberapa hari ini ramai dibicarakan di Indonesia, nyatanya belum ada perjanjian apa-apa dengan Indonesia. Baru sebatas Presiden Jokowi didampingi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menelepon CEO Tesla Elon Musk, mengajaknya untuk berinvestasi di Indonesia.
Pada tahun lalu, perusahaan teknologi milik Jeff Bezos, Amazon, dilaporkan sedang melakukan pendekatan dengan penyedia layanan transportasi online Gojek.
Kabarnya kedua perusahaan sedang dalam tahap diskusi kerja sama, yang akan memperluas layanan Amazon di Asia Tenggara dan juga Indonesia. Tapi, hingga kini belum ada pernyataan resmi mengenai suntikan dana Amazon.
ADVERTISEMENT

Tingkat Kemudahan Berusaha Indonesia Jauh di Bawah Malaysia

Tingkat kemudahan berusaha (Ease of Doing Business/EoDB) menjadi salah satu indikator iklim investasi di suatu negara. Survei ini biasa dilakukan setiap tahun oleh World Bank Group atau Bank Dunia.
Berdasarkan rilis EoDB 2020 WBG tahun lalu, tingkat kemudahan berusaha Malaysia menduduki peringkat ke-12 dunia dari 190 negara yang disurvei. Sedangkan posisi Indonesia jauh di bawah Malaysia, yakni berada di urutan ke-73.
Peringkat kemudahan berusaha yang didapat Indonesia tidak berubah dari laporan EoDB 2019, yakni masih tetap di peringkat 73. Akan tetapi, skornya naik tipis dari dari 67,96 pada 2019 menjadi 69,6 tahun ini menunjukkan adanya perbaikan yang dilakukan Indonesia.
Beberapa perbaikan untuk kemudahan berusaha yang dilakukan Indonesia adalah proses memulai bisnis, perpajakan, akses listrik di beberapa kota industri, hingga perdagangan lintas batas.
ADVERTISEMENT