Diterpa Pandemi, Pengelola Bandara Soetta Rugi Rp 2,4 Triliun di 2020

8 Juni 2021 13:49 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi antrean rapid test antigen di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.  Foto: Dok. Angkasa Pura II
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi antrean rapid test antigen di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. Foto: Dok. Angkasa Pura II
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perusahaan pengelola bandara pelat merah, Angkasa Pura II (Persero) menderita kerugian cukup dalam selama pandemi COVID-19. AP II sendiri mengelola 18 bandara, termasuk di dalamnya Bandara Soetta di Tangerang. Perseroan mencatat kerugian sekitar Rp 2,4 triliun berdasarkan laporan keuangan tahunan 2020 seperti yang dikutip kumparan, Selasa (8/6).
ADVERTISEMENT
Padahal tahun sebelumnya, perusahaan yang dipimpin Muhammad Awaluddin ini mencatatkan laba bersih Rp 1,01 triliun.
Masih mengacu pada laporan tahunan perusahaan, pendapatan Angkasa Pura II anjlok menjadi Rp 5,8 triliun dibanding periode sama pada tahun sebelumnya yang membukukan pendapatan Rp 11,08 triliun.
Penurunan kinerja ini diikuti oleh beban utang jangka pendek perusahaan yang makin naik menjadi Rp 6,78 triliun dibanding periode sama pada tahun sebelumnya Rp 5,33 triliun.
Calon penumpang berjalan di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (9/7/2020) Foto: ADITYA PRADANA PUTRA/ANTARA FOTO
VP Corporate Communication Angkasa Pura II, Yado Yarismano mengatakan, saat ini perusahaan melakukan sejumlah efisiensi. Perusahaan juga mengeluarkan alokasi belanja modal untuk fokus pada keberlanjutan operasional.
“Kami juga melakukan capex disbursement di mana investasi yang dilakukan kami disburse kembali untuk fokus pada operasional yang mandatory,” katanya kepada kumparan, Selasa (8/6).
ADVERTISEMENT
kumparan telah mencoba menghubungi Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin untuk mengkonfirmasi upaya apa saja yang akan dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan sejumlah efisiensi, termasuk pengurangan pegawai. Namun hingga berita ini ditulis, Awaluddin belum merespons pertanyaan dari kumparan.