Dividen BUMN Moncer, Setoran dari Perbankan Paling Signifikan

24 November 2023 17:56 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berasal dari Kekayaan Negara Dipisahkan (KND) alias BUMN melonjak hingga 150 persen dari target APBN 2023 menjadi Rp 74,1 triliun.
ADVERTISEMENT
“Kami mendapatkan penerimaan yang lebih tinggi, yaitu Rp 74,1 triliun artinya 150 persen dari yang ditargetkan,” kata Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Jumat (24/11).
Menurut Sri Mulyani, moncernya kinerja KND itu ditopang oleh setoran dividen BUMN, yakni perbankan. Lebih lanjut, BUMN nonbank seperti PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) tercatat membukukan profit sehingga dapat membayar dividen kepada negara.
“Ini karena setoran dari dividen BUMN, terutama yang masih profitable seperti perbankan itu sangat positif. Maupun beberapa yang nonperbankan, seperti Pertamina, PLN, dan lainnya,” tutur Sri Mulyani.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (11/4/2023). Foto: Galih Pradipta/ANTARA FOTO
Adapun untuk APBN hingga Oktober 2023, total PNB mencapai Rp 494,2 triliun. Sementara secara keseluruhan, pendapatan negara hingga Oktober 2023 mencapai Rp 2.240,1 triliun atau 90,9 persen dari target.
ADVERTISEMENT
Sementara belanja negara terealisasi Rp 2.240,8 triliun atau 73,2 persen dari pagu anggaran. Belanja negara tersebut mengalami perlambatan 4,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"APBN sudah defisit 0,7 triliun atau 0,003 persen dari GDP," kata Sri Mulyani.