Dolar Hari Ini Tembus Rp 14.000, Bank Indonesia Pastikan Terus Intervensi

27 Februari 2020 18:57 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Petugas mengitung uang rupiah di salah satu gerai penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (27/11). Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar hari ini ditutup melemah pada hari ini, Kamis (27/2). Kurs rupiah menembus level Rp 14.000 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
Mengutip data Financial Times pukul 16.17 WIB, nilai tukar rupiah bergerak di Rp 14.126 terhadap dolar AS atau melemah 211,50 poin (0,69 persen) dibanding saat pembukaan. Dalam setahun terakhir, nilai tukar rupiah melemah 0,69 persen terhadap dolar AS.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, mengatakan pihaknya memastikan selalu berada di pasar untuk menstabilkan rupiah sesuai nilai fundamentalnya.
Menurut dia, Bank Indonesia juga telah melakukan triple intervensi untuk mengatasi pelemahan rupiah lebih lanjut.
"BI tetap berada di pasar spot, bond, dan DNDF untuk memastikan volatilitas kurs rupiah tetap terkelola dalam batas yang wajar," ujar Nanang kepada kumparan, Kamis (27/2).
Dia melanjutkan, pelemahan kurs masih dipengaruhi mewabahnya virus corona. Investor asing melepas portofolionya di negara berkembang, termasuk Indonesia, untuk beralih ke obligasi pemerintah AS.
ADVERTISEMENT
"Pelemahan nilai tukar hari ini masih merupakan dampak dari pelepasan portofolio asing dari aset emerging market, termasuk dari Indonesia, ke aset yang dipandang aman terutama obligasi pemerintah AS," jelasnya.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Nanang Hendarsah, Kamis (27/9/2018). Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Meningkatnya obligasi pemerintah AS atau US Treasury itu membuat kenaikan imbal hasil atau yield hingga 1,3 persen. Sehingga seluruh aset finansial negara berkembang tertekan.
Namun Nanang meyakini jika risiko global itu telah usai, dana asing akan kembali masuk Tanah Air. Apalagi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) bertenor sepuluh tahun saat ini masih menggiurkan, yakni 6,67 persen.
"Imbal hasil yang tertinggi dalam skala negara emerging, di tengah besarnya likuiditas global saat ini karena ekspansi likuiditas di negara negara maju. Secara fundamental kondisi ekonomi Indonesia juga dalam posisi yang lebih resilien dibandingkan negara peer," tambahnya.
ADVERTISEMENT