news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ekonom Anggap Konsumsi Pemerintah Turun Imbas Ketidakpastian COVID-19

8 November 2022 21:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto Foto: Nesia Qurrota A'yuni/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom menganggap konsumsi pemerintah di kuartal III 2022 yang mengalami kontraksi 2,88 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dipengaruhi ketidakpastian karena pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Ekonom INDEF, Eko Listiyanto, mengatakan penurunan konsumsi tersebut berasal dari perencanaan yang tidak optimal imbas COVID-19. Ia menyebut banyak anggaran yang dialokasikan untuk antisipasi kenaikan kasus COVID-19 tidak terpakai hingga akhir tahun.
“Ini sayang sekali karena APBN mestinya bisa mendorong ekonomi. Sementara, defisitnya lebar sekali, ini berarti perencanaan dari kementerian kurang optimal dan tidak mengena,” kata Eko ketika dihubungi kumparan, Selasa (8/11).
Eko merasa sejak pandemi memang banyak anggaran tidak terpakai sampai akhir tahun. Ditambah, dalam penggunaan anggaran pemerintah, diperlukan proses birokrasi yang panjang. Sementara kapasitas tenaga kerja tidak dapat membuat rancangan pengeluaran secara optimal
“Karena memang anggaran ini belum normal, ini berlaku untuk daerah dan pusat. Dari tahun ke tahun 40 persen anggaran hanya terserap di tiga bulan terakhir saja. Kemudian ada masalah administratif, sementara perencanaan keuangan (dalam pemerintahan) tidak semuanya mampu,” ujar Eko.
ADVERTISEMENT
Eko menuturkan dampak jangka panjang adalah daya dorong dari sisi pemerintah akan terus terbiasa rendah. Selama ini, tercatat kontribusi pertumbuhan ekonomi yang didorong belanja pemerintah hanya sebatas 10 persen. Padahal, kata Eko, di negara lain seperti China, belanja pemerintah berkontribusi 15 persen pada pertumbuhan ekonomi.
Direktur Riset Core Indonesia, Piter Abdullah Redjalam. Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Sementara itu, ekonom CORE,Piter Abdullah, merasa konsumsi pemerintah yang rendah harus disyukuri. Sebab, kata Piter, artinya pemerintah dapat berhemat sembari mencapai target tahunan. Sisa anggaran bisa digunakan untuk menjadi suplai APBN tahun depan.
“Kita harus mengubah cara pandang, ukuran kinerja APBN tidak dilihat dari penyerapan anggaran, tapi dari outcome belanja pemerintah. Jika pemerintah bisa capai target dengan hemat, itu bagus. Sisanya bisa dimasukkan ke sisa lebih perhitungan anggaran (SILPA) 2023,” jelas Piter.
ADVERTISEMENT