Ekonom BTN Dorong Penambahan Bansos Tunai Agar Masyarakat Mau Belanja

27 Oktober 2020 19:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penyaluran bansos tunai di Kantor Kelurahan Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, (19/8). Foto: Kemensos RI
zoom-in-whitePerbesar
Penyaluran bansos tunai di Kantor Kelurahan Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, (19/8). Foto: Kemensos RI
ADVERTISEMENT
Pemerintah sudah menggelontorkan beragam stimulus untuk percepat pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi COVID-19. Chief Economist PT Bank Tabungan Negara Tbk (Persero) atau BTN, Winang Budoyo, merasa saat ini yang diperlukan adalah bantuan dalam bentuk uang tunai.
ADVERTISEMENT
“Stimulus dari sisi suplai memang sudah banyak, sekarang kita harus perbanyak stimulus dari sisi untuk ke arah sisi demandnya. Bagaimana itu? penambahan pemberian bantuan berupa uang tunai,” kata Winang saat webinar yang digelar GoodMoneyID, Selasa (27/10).
Winang mengakui sejauh ini memang sudah ada bantuan seperti Kartu Sembako hingga bantuan sosial (bansos). Namun, ia menganggap bansos tunai akan mendorong konsumsi masyarakat yang akan berdampak pada positif masyarakat termasuk ke toko, pedagang pasar, hingga pabrik.
“Ini saya rasa sebagian sudah dijalankan tetapi paling tidak ini bisa didorong lebih lanjut lagi, lebih cepat, supaya orang kembali mempunyai keinginan untuk belanja,” ujar Winang.
Penyaluran bansos tunai di Kantor Kelurahan Bojong, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu, (19/8). Foto: Kemensos RI
Winang merasa sebenarnya nasabah besar di perbankan atau yang mempunyai dana di atas Rp 100 juta itu tidak ada masalah khususnya dari segi likuiditas. Hanya saja, kata Winang, masih ada keraguan untuk mereka belanja atau meningkatkan konsumsinya.
ADVERTISEMENT
“Yang terjadi saat ini adalah mereka enggan melakukan spending karena salah satunya masih munculnya keraguan karena masih tingginya ketidakpastian dalam menghadapi masa depan,” tutur Winang.
“Jadi sekarang yang didorong adalah bagaimana orang-orang bisa spending. Kalau orang bisa spending maka arah suplainya industri akan kembali berjalan,” tambahnya.