Ekonom Proyeksi Inflasi November 2022 Melandai, Ini Penyebabnya

1 Desember 2022 8:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pedagang ayam potong dan sayur mayur melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/9/2022). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pedagang ayam potong dan sayur mayur melayani pembeli di Pasar Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa (6/9/2022). Foto: Yulius Satria Wijaya/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky memproyeksi, inflasi pada bulan ini mencapai 0,15 persen sampai 0,20 persen secara bulanan atau month to month (mtm). Dengan angka inflasi secara tahunan berada di kisaran 5,3 persen hingga 5,4 persen (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Proyeksi tersebut melanda dibandingkan dengan Oktober 2022 yang sebesar 5,71 persen (yoy). Menurut Riefky, pendorong inflasi pada bulan ini berasal dari inflasi harga pangan bergejolak (volatile food), masih adanya dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Serta para produsen yang mulai membebankan kenaikan biaya produksi pada konsumen.
"Inflasi November dugaan kita di kisaran 0,15 persen sampai 0,02 persen. Secara year on year kita expect berasa di kisaran 5,53 persen sampai 5,54 persen," kata Riefky kepada kumparan, Kamis (1/12).
Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memprediksi inflasi bulan November diperkirakan berkisar 0,2 persen (mtm) atau 5,53 persen (yoy). Pendorong inflasi pada bulan November utamanya adalah inflasi inti yang diperkirakan berkisar 3,38 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Peningkatan inflasi sisi permintaan sejalan dengan aktivitas ekonomi yang tetap solid serta mencerminkan dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM pada bulan September yang lalu," jelas Josua.
Sementara itu, inflasi harga bergejolak diperkirakan akan mengalami inflasi kecil sejalan dengan kenaikan rata-rata harga komoditas pangan sepanjang bulan November.
Di sisi lain, inflasi harga diatur pemerintah diperkirakan akan mengalami deflasi yang didorong oleh penurunan harga BBM non-subsidi.