Ekonom: Tahan Suku Bunga untuk Antisipasi Dampak Tapering

7 Oktober 2021 14:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ekonom senior Raden Pardede meminta Bank Indonesia tak perlu buru-buru mengambil kebijakan menaikkan tingkat suku bunga acuan. Langkah ini dalam rangka mengantisipasi dampak tapering bank sentral Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tapering merupakan kebijakan moneter bank sentral AS atau The Federal Reverse (The Fed), mengurangi stimulus ekonomi untuk menekan laju inflasi. Kebijakan ini biasanya disertai pengurangan pembelian aset seperti surat utang atau obligasi.
Banyak negara khawatir terimbas oleh kebijakan negara yang punya pengaruh besar dalam perekonomian global tersebut. Di mana investasi asing dikhawatirkan kabur.
Raden Pardede menyarankan agar pemerintah tidak perlu buru-buru mengambil langkah antisipasi berupa kenaikan tingkat suku bunga.
"Perbedaan suku bunga kita dengan AS besar sekali, jadi tidak perlu panik buru-buru menaikkan suku bunga. Cadangan devisa kita cukup besar, sehingga saya melihat dampak tapering terhadap ekonomi kita sangat-sangat minimal," ujar Raden dalam acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) X-2021 yang digelar BCA, Kamis (7/10).
ADVERTISEMENT
Adapun posisi cadangan devisa Indonesia saat ini naik menjadi sebesar USD 147 miliar. Tren positif itu didukung harga komoditas yang membaik serta surplusnya sektor perdagangan.
New York Federal Reserve Bank Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Sedangkan dari sisi perbedaan tingkat suku bunga pun, kata Raden, cukup jauh selisihnya yakni hingga mencapai 8 persen.
"Dan kita juga mengalami trading surplus akibat harga komoditas membaik. Perbedaan riil suku bunga AS dengan Indonesia juga besar sekali itu hampir 7,5 sampai 8 persen," pungkas Raden Pardede.
Ia juga menyebut sinyal mulai terjadinya pemulihan ekonomi di Indonesia. Ini terlihat dari mulai melandainya kasus COVID-19 serta berangsur bergeraknya sebagian besar industri setelah PPKM turun level dalam beberapa pekan terakhir.
"Tahun 2022 jelas keliatan akan lebih baik dari 2021. Tahun 2021 kuartal 2 tadi tumbuh 7 persen, kuartal ketiga akan melambat sudah pasti karena injak rem tadi, kuartal empat akan positif. Pertumbuhan ekonomi kita diperkirakan semuanya menunjukkan tahun depan kita lebih baik dari tahun ini," ujar Raden Pardede.
ADVERTISEMENT