Ekonomi AS Memburuk, Rupiah Diprediksi Menguat Tipis

17 April 2020 8:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menunjukkan uang rupiah dan dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (USD) diprediksi mengalami penguatan meski tipis. Hal ini terjadi karena pandemi virus corona yang berimbas pada data eksternal AS, terutama pengangguran yang memburuk.
ADVERTISEMENT
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, potensi penguatan tipis rupiah yaitu diperkirakan ada di level Rp 15.550-Rp 15.750 per dolar AS.
Sebelumnya, perdagangan Kamis (16/4) sore, rupiah per dolar AS ditutup melemah tipis 65 poin di level Rp 15.640 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.675.
"Dalam perdagangan hari Jumat, rupiah kemungkinan akan menguat tipis walaupun data eksternal terutama pengangguran AS yang jelek. Range di Rp 15.550-Rp 15.750," ujar Ibrahim kepada kumparan, Jumat (17/4).
Ibrahim menjelaskan, kondisi rupiah saat ini yang belum bisa stabil menguat, tak lepas dari ketidaksinkronnya sikap pemerintah terkait kondisi perekonomian yang terjadi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers tentang kondisi perekonomian. Foto: ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Pasar sedikit kecewa terhadap pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tentang ekspektasi buruknya ekonomi Indonesia karena wabah pandemi virus corona sehingga pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh negatif. Sedangkan, Bank Indonesia begitu optimistis tentang fundamental ekonomi dalam negeri yang cukup tangguh, bahkan berulang-ulang memberikan informasi yang positif terhadap pasar.
ADVERTISEMENT
"Dan ini menjadi pertanyaan bagi pasar, di manakah strategi bauran yang selama ini digadang-gadang baik oleh pemerintah maupun Bank Indonesia yang membuat mata uang garuda menguat? Apakah ini mengindikasikan ketidaksinkronan antara kedua lembaga tersebut?" kata dia.
Sementara itu, pengaruh eksternal juga turut dipengaruhi oleh pasar yang kembali khawatir dengan dampak ekonomi dari penyebaran pandemi virus corona. Kekhawatiran pasar muncul dari anjloknya data penjualan ritel di AS yang mencapai minus 8,7 persen pada Maret 2020.
"Kondisi ini merupakan yang terendah dalam sejarah Negeri Paman Sam sejak 1992. Negara ini mengharapkan 5,1 juta orang Amerika untuk mengajukan pengangguran karena data klaim pengangguran awal dirilis di kemudian hari," sambungnya.
Anggota staf Samaritan's Purse membawa tangki oksigen rumah sakit lapangan sementara untuk pasien virus corona di East Meadow Central Park, New York, AS. Foto: REUTERS/Jeenah Moon
Selain itu, Ia melanjutkan, indeks aktivitas manufaktur di kawasan New York juga terjun bebas hingga minus 78,2 persen. Penurunan data ekonomi juga tercermin dari laporan bank sentral AS, The Federal Reserve yang menyatakan tingkat pengangguran akan naik akibat pandemi corona.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai lembaga Internasional, seperti Dana Moneter International (IMF), Bank Dunia, maupun OECD sudah memproyeksikan ekonomi global tumbuh negatif di 2,8 persen. Pandemi virus corona membuat aktivitas perdagangan, industri dan lainnya terhenti, sehingga tanpa ada penyelesaian tentang pandemi virus corona maka akan terjadi kontraksi dan mengarah ke resesi.
"Dana Moneter Internasional pun sebelumnya, memperkirakan bahwa pertumbuhan di Asia akan terhenti pada nol persen pada tahun 2020," ujarnya.