Ekonomi Global Melesu, Kepala Bappenas Berdoa Trump Tak Jadi Presiden AS Lagi

24 Februari 2020 16:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.
 Foto: Resya Firmansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Perekonomian global disebut-sebut tengah melambat. Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyebutkan pelambatan ekonomi bakal berakhir jika Donald Trump tidak terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat untuk periode selanjutnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau Trump tidak terpilih, pertumbuhan ekonomi global meningkat. Jadi kita berdoa saja dia (Donald Trump) tidak terpilih,” ungkap Suharso disambut gelak tawa peserta acara Kick Off Meeting Rencana Kerja Pemerintah 2021 di Gedung Bappenas, Jakarta, Senin (24/2).
Menurut Suharso, pemilu Amerika Serikat pada tahun ini diperkirakan bakal mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global pada 2021. Jika Presiden Donald Trump tidak terpilih kembali, maka pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan meningkat. Sebaliknya jika Trump terpilih untuk kedua kalinya, maka ekonomi diperkirakan menurun.
Meski demikian, Suharso mengklarifikasi bahwa hal tersebut bukan berarti pemerintah Indonesia mendukung calon lain selain Trump. Suharso mengatakan prediksi tersebut muncul karena memperhitungkan kebijakan yang dikeluarkan Trump selama ini.
“Kami enggak (mendukung calon selain Trump), kami melihat dari kebijakannya (Trump),” ujarnya.
Presiden AS Donald Trump bersiap untuk naik Air Force One ke India. Foto: REUTERS/Al Drago
Suharso menilai kebijakan Donald Trump yang selama ini mengarah ke populis dan protektif, menjadi salah satu penyebab melambatnya perekonomian global. Contoh konkretnya yaitu perang dagang dengan China yang sempat memanas juga memicu perlambatan ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Suharso juga menilai Trump menggunakan instrumen Generalized System of Preferences (GSP) untuk menekan mitra dagang negaranya. Instrumen atau fasilitas GSP ini merupakan insentif yang diberikan Amerika ke negara lain yang dikategorikan sebagai negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Tapi kini, Trump menilai Indonesia sebagai negara maju sehingga fasilitas GSP tak lagi dapat dinikmati Indonesia. Padahal secara indikator ekonomi, Indonesia masih masuk kategori middle-lower economy atau negara ekonomi memengah ke bawah.
“Jadi bukan berarti Pak Harso anti Trump ya. Ini ada hubungannya dengan trade war dan kebijakan proteksionisme,” tandasnya.