Ekonomi Jabodetabek Belum Otomatis Naik Signifikan, Meski PPKM Turun ke Level 3

24 Agustus 2021 11:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana mal yang sepi imbas perpanjangan PPKM Level 4 di Bekasi, Rabu (4/8/2021). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana mal yang sepi imbas perpanjangan PPKM Level 4 di Bekasi, Rabu (4/8/2021). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
Pemerintah kembali memperpanjang PPKM di wilayah Pulau Jawa dan Bali terhitung sejak Senin (23/8) sampai dengan 30 Agustus 2021. Namun, di beberapa wilayah termasuk Jabodetabek kini turun level dari 4 ke level 3.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah memutuskan mulai 24-30 Agustus 2021 beberapa daerah bisa diturunkan levelnya dari level 4 ke level 3. Untuk Jawa dan Bali, wilayah aglomerasi Jabodetabek, Bandung Raya, Surabaya Raya, dan beberapa kota lainnya sudah bisa berada pada level 3," kata Presiden Jokowi di Youtube Sekretariat Presiden, Senin (23/8).
Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Yusuf Rendy, merasa kebijakan tersebut memang sudah melihat adanya penurunan kasus khususnya di DKI Jakarta dalam beberapa hari terakhir. Namun, Yusuf menganggap penurunan level tidak otomatis membuat ekonomi meroket.
“Adapun dampaknya ke perekonomian khususnya ketika berbicara pertumbuhan ekonomi di kuartal III apalagi jika berbicara perekonomian nasional atau tidak hanya DKI saja, saya kira belum akan terlalu signifikan,” kata Yusuf saat dihubungi kumparan, Selasa (24/8).
ADVERTISEMENT
Yusuf menjelaskan berdasarkan pengalaman pemberlakuan PSBB di tahun 2020 dan juga PPKM mikro di awal tahun ini, ada jeda waktu ketika pemerintah melonggarkan restriksi sampai akhirnya aktivitas perekonomian bergeliat kembali seperti sebelum dilakukan pengetatan.
Sebagai ilustrasi misalnya saat PPKM di awal tahun, ada jeda waktu 3 sampai 4 minggu setelah PPKM dilonggarkan sampai masyarakat melakukan aktivitas perekonomian kembali.
“Artinya, dengan dilonggarkannya kunjungan ke mal saat ini, dampaknya, belajar dari kasus sebelumnya, membutuhkan waktu tunggu 3 sampai 4 minggu sebelum masyarakat akhirnya berani kembali beraktivitas seperti sebelumnya,” terang Yusuf.
Sehingga, Yusuf memperkirakan dampak positif pelonggaran ke perekonomian baru bisa dirasakan bulan depan. Hanya saja, ia mengingatkan dampak positif tersebut bisa tercapai kalau COVID-19 tidak kembali meningkat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, pemerintah harus lebih gencar dalam menanggulangi pandemi terutama dari sisi kesehatan seperti mempercepat vaksinasi dan menambah kapasitas test, tracing, dan isolasi.
“Jadi karena hanya tersisa 1 bulan untuk keseluruhan kuartal III, saya kira proyeksi untuk kuartal III tidak akan berubah, pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal III kami proyeksikan akan melambat dibandingkan pertumbuhan pada kuartal II,” ujar Yusuf.
Selain itu, Yusuf menuturkan kepercayaan masyarakat seperti untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan masing-masing daerah juga berbeda. Menurutnya, percepatan vaksinasi memang menjadi salah satu kunci masyarakat berani beraktivitas ke mal atau tempat perekonomian lainnya.
Meski begitu, Yusuf mengakui masih ada pergerakan perekonomian. Hanya saja tidak langsung naik signifikan.
“Menurut saya harapannya sekarang untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, ada di kuartal IV tentu sekali lagi dengan asumsi bahwa penurunan kasus yang terlihat sekarang bisa dipertahankan pemerintah secara konsisten,” tutur Yusuf.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, kebijakan penurunan level PPKM dari 4 ke 3 juga diikuti dengan beberapa aturan baru khususnya yang berkaitan dengan perekonomian seperti mal boleh buka sampai pukul 20.00 WIB dengan kapasitas maksimal 50 persen, restoran boleh makan di tempat dengan maksimal 2 orang per meja, hingga industri ekspor boleh beroperasi 100 persen dengan catatan jika ada klaster baru ditutup 5 hari.