Ekonomi Jepang Jeblok, Berkah Atau Petaka Bagi Indonesia?

19 Februari 2020 10:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di pelabuhan Yokohama, Jepang, Selasa (4/2).  Foto:  Kyodo / via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara kapal pesiar Diamond Princess yang dikarantina di pelabuhan Yokohama, Jepang, Selasa (4/2). Foto: Kyodo / via REUTERS
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan ekonomi Jepang terkoreksi tajam sepanjang kuartal IV 2019, yakni minus 6,3 persen (year on year/yoy). Penurunan ini merupakan yang terendah sejak 2014, serta lebih buruk dari angka minus 3,9 persen yang diprediksi para ekonom.
ADVERTISEMENT
Anjloknya pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal IV dipengaruhi oleh dua hal: naiknya tarif pajak konsumsi (PPn) dan efek badai Hagibis.
Tak sampai di situ, pada kuartal I 2020 Jepang juga diramal akan menghadapi resesi, yakni pertumbuhan ekonomi dua kuartal berturut-turut negatif. Kondisi itu dipengaruhi dampak dari virus corona.
Sektor pariwisata Jepang bakal sangat terpukul. Merujuk data 2019, 37 persen dari total belanja turis di Jepang yang senilai USD 44 miliar, datang dari wisatawan asal China.
Lantas, apakah menukiknya ekonomi Jepang ini bakal berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia?
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira berpandangan, situasi ekonomi Jepang ini punya pengaruh dari dua sisi terhadap ekonomi Indonesia. Yakni berdampak buruk tapi juga memiliki efek positif.
ADVERTISEMENT
"Pertama, kinerja ekspor Indonesia ke Jepang akan terimbas cukup dalam. Data BPS per Januari 2020 menunjukkan ekspor ke Jepang mengalami turun hingga 3,9 persen dibanding bulan Desember 2019," ujar Bhima kepada kumparan, Rabu (19/2).
Masalah ekonomi yang dihadapi Negeri Sakura itu membuat Indonesia kehilangan pemasukan dari sektor ekspor yang cukup besar. Beberapa komoditas yang diekspor seperti karet hingga batu bara bakal menurun drastis.
"Kita kehilangan USD 45,8 juta dari penurunan ekonomi Jepang di Januari kemarin. Ekspor batubara, nikel, karet dari Indonesia riskan menurun," ujarnya.
Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di sisi lain, Bhima menilai penurunan ekonomi Jepang juga punya dampak positif terhadap Indonesia. Para investor Negeri Matahari Terbit itu bakal melirik pasar keuangan Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Para investor Jepang justru mengincar pasar keuangan Indonesia, membeli surat utang, dan ekspansi ke jasa perbankan. Dalam beberapa tahun belakangan, muncul akuisisi bank-bank di Indonesia oleh Jepang,” jelasnya.
Dampak positif lain yang muncul, kata Bhima, peluang di bidang manufaktur. khususnya sektor otomotif dan elektronik. Hal ini juga didukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih bertahan di angka 5 persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen pada tahun 2019 dan ditopang oleh konsumsi domestik yang besar, membuat pelaku usaha Jepang tertarik melakukan pengembangan bisnis di Indonesia," katanya.