Ekonomi RI Diproyeksi Tumbuh 4,8 Persen di 2023, Bagaimana Kinerja Perdagangan?

20 Desember 2022 13:56 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani dalam acara Trade Outlook 2023 di Hotel Park Hyatt, Senin (20/12/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani dalam acara Trade Outlook 2023 di Hotel Park Hyatt, Senin (20/12/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asian Development Bank (ADB) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 menjadi 4,8 persen. Dalam laporan sebelumnya di September 2022, ADB memprediksi ekonomi Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5 persen.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Kamdani mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dianggap menjadi salah satu negara yang paling baik di tahun depan. Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2022 menjadi 2,9 persen dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 4,1 persen.
"Itu angkanya masih bagus banget dibandingkan dengan banyak negara lain," ujar Shinta dalam Trade Outlook 2023 di Hotel Park Hyatt.
Menurutnya, India menempati posisi pertama dengan pertumbuhan ekonomi paling tinggi sekitar 6,3 persen di 2022. Untuk itu, dia yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia masih bagus.
Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga harus dilihat dari kondisi riil di lapangan. Adapun PMI Manufaktur November 2022 melemah 1,5 poin dari bulan sebelumnya menjadi 50,3.
ADVERTISEMENT
"Jadi kalau kita lihat output perdagangan itu dilihat secara global 2023 itu kan cuma kenaikan 1 persen itu global," kata dia.
Untuk itu, sambungnya, Indonesia sendiri neraca perdagangannya masih positif akibat ditopang oleh komoditas. Mulai dari batu bara, palm oil hingga sawit yang nilai ekspornya masih tinggi.
"Kita tidak khawatir kalau soal neraca perdagangan masih tinggi walaupun ada sedikit penurunan tapi masih cukup tinggi angkanya," ungkap Shinta.
Ia juga tidak menampik Indonesia memang memiliki ketergantungan terhadap komoditas tertentu. "Apa bisa orang yang kehilangan pekerjaan masuk ke sektor yang naik daun itu yang jadi masalah," tambahnya.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menjelaskan, dari sisi neraca perdagangan Indonesia memang mengalami penurunan. Adapun volume ekspor yang awalnya 20 persen menjadi 10 persen.
ADVERTISEMENT
"Kemudian impor 17 persen jadi 10 persen. Otomatis karena faktor eksternal negara mitra dagang kita menjadi 7 dari 10 negara mitra dagang," jelas Tauhid.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad dalam acara Trade Outlook 2023 di Hotel Park Hyatt, Senin (20/12/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
Ia mengungkapkan Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan untuk pasar ekspor. Apalagi tahun depan tren harga beberapa komoditas cenderung mengalami penurunan.
Sementara itu, komoditas yang harganya relatif baik hanya ada di gas dan batubara. Kemudian, komoditas energi dan makanan sedikit turun
"Yang lain turun CPO, nikel turun dan sebagainya. Itu yang menyebabkan sumbangan ekspor dan impor tahun depan akan turun," tambahnya.
Hal ini lah yang menjadi alasan beberapa lembaga internasional mengoreksi pertumbuhan Indonesia. Selain itu, dari sisi investasi juga Indonesia akan mengalami perlambatan.
"Konsumsi masih cukup bagus tapi tertolong karena ada subsidi, bansos dan sebagainya. Itu yang masih cukup baik," pungkas Tauhid.
ADVERTISEMENT