Ekspor Kopi Aceh ke 8 Negara, Pemuda Ini Raup Rp 600 Juta per Bulan

13 Juli 2019 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik Bawadi Coffee, Teuku Dharul Bawadi. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik Bawadi Coffee, Teuku Dharul Bawadi. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Kopi masih menjadi salah satu komoditas primadona tak terkecuali di Indonesia. Bisnis kopi pun semakin ramai peminatnya karena memberi hasil yang menjanjikan. Peluang ini lah yang ditangkap oleh Teuku Dharul Bawadi.
ADVERTISEMENT
Lewat tangan dinginnya, Bawadi menciptakan Bawadi Coffee. Bisnis kopi yang kini sudah mencapai mancanegara.
Bawadi berkisah dirinya hanyalah seorang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Sejatinya Bawadi sempat melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Sayangnya, ia gagal untuk menamatkan studi strata satunya tersebut. Dari kegagalan itu, Bawadi justru terinspirasi untuk membangun sebuah bisnis kopi yang kini dinamai Bawadi Coffee.
"Sebenernya saya kuliah di semester 6 mau lanjut semester ke 7 saya liat kawan-kawan saya di tempat kuliah semua mengejar untuk jadi PNS dan lain-lain. Bertolak belakang dengan saya, saya ingin menciptakan, bagaimana saya bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk membuat satu perusahaan namanya Bawadi Coffee," ungkap Bawadi saat ditemui kumparan di gelaran pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2019 di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (13/7).
ADVERTISEMENT
Keyakinan untuk berbisnis kopi tersebut muncul karena Bawadi melihat potensi kopi Aceh yang luar biasa. Menurutnya kopi Aceh cukup dikenal pasar domestik dan internasional. Cita rasa kopi Aceh berbeda dengan kopi-kopi dari wilayah lain.
Pada medio 2014, Bawadi bisnis tersebut dimulai dengan memproduksi kopi Arabica Gayo. Tak tanggung-tanggung, kopi tersebut langsung ia pasarkan ke Malaysia dan Singapura. Bawadi tak sembarang menentukan strateginya tersebut. Menurutnya di pasar asing, jumlah kompetitor belum sebanyak di pasar domestik.
Setelah itu, Bawadi pun memperbesar pasar domestik dimulai dari tanah kelahirannya, Aceh. Dari situlah, bisnisnya mulai berkembang baik ke luar Aceh bahkan merambah ke luar Malaysia dan Singapura.
"Kalau sekarang, internasional kita sudah masuk 8 negara di antaranya adalah Malaysia, Singapura, Kanada, China, Thailand, Brunei, Australia dan India," ujarnya.
Biji kopi hasil pemanggangan secara tradisional di Banda Aceh. Foto: AFP/CHAIDEER MAHYUDDIN
Terbaru, Bawadi tengah menjajaki pasar Timur Tengah dan Eropa. Di Indonesia, produk Bawadi Coffee bisa mudah didapatkan di ritel modern seperti Alfamart, Indomaret dan Giant.
ADVERTISEMENT
Dengan pangsa pasar yang besar Bawadi mengaku mampu meraup omset penjualan hingga Rp 600 juta per bulan.
“Modal awal kita Rp 30 juta. Itu hasil dari tabungan saya pribadi. Sekarang penjualan sebulan Rp 600 juta," imbuhnya.
Hingga saat ini, pihaknya sudah bekerja sama dengan 1.840 petani kopi dari yang sebelumnya hanya 50 petani saja. Bawadi juga memperkerjakan 26 karyawan tetap dan 34 karyawan lepas yang didominasi oleh mahasiswa. Meski sudah meraup cuan yang besar, Bawadi menilai usahanya kini belum mencapai titik puncak.
Ia masih bermimpi bisa memasok Bawadi Coffee ke ritel internasional seperti Seven Eleven. Sebab menurut Bawadi, gerai Sevel saat ini tersedia di 36 negara. Sebagai UMKM Bawadi mengaku tidak akan sanggup jika harus menembus semua pasar secara mandiri.
ADVERTISEMENT
"Mimpi kita tahun ini rencana masuk ke 7 Eleven. Kalau kita masuk ke sana otomatis 36 negara kita sudah bisa masuk. Jadi kita tidak susah distribusikan barang dan promosi karena biaya. Kedua, mahal, sebab bagi kita UMKM tidak akan sanggup distribusi 36 negara. Tapi kalau kita manfaatkan jaringan Sevel, barang kita akan masuk ke semua negara," tandasnya.