Ekspor Moncer, Bank Indonesia Ramal Transaksi Berjalan Surplus di Kuartal III

18 November 2021 17:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menyampaikan media briefing Kamis (2/4) melalui siaran live streaming. Foto: Dok. BI
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menyampaikan media briefing Kamis (2/4) melalui siaran live streaming. Foto: Dok. BI
ADVERTISEMENT
Kinerja ekspor yang terus membaik akan mendorong aliran modal asing masuk ke pasar keuangan domestik. Bahkan, Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi berjalan (current account) di kuartal III 2021 akan mencatatkan surplus.
ADVERTISEMENT
Adapun di kuartal II 2021, transaksi berjalan mencatatkan defisit atau current account deficit (CAD) sebesar USD 2,2 miliar atau 0,8 persen terhadap produk domestik bruto (PDB), melebar dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 0,4 persen PDB.
"Di sisi lain, transaksi berjalan triwulan III 2021 diperkirakan akan surplus, ditopang oleh kinerja ekspor yang tinggi. Hal ini juga sejalan dengan kenaikan permintaan global dan harga komoditas dunia yang meningkat," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil rapat dewan gubernur BI, Kamis (18/11).
Menurut Perry, surplus transaksi modal dan finansial diperkirakan juga akan berlanjut. Hal tersebut didorong oleh aliran masuk modal asing, baik dalam bentuk investasi langsung maupun investasi portofolio.
ADVERTISEMENT
Adapun kinerja neraca perdagangan tercatat positif dengan surplus mencapai USD 5,7 miliar pada Oktober 2021. Angka ini merupakan tertinggi sepanjang sejarah pencatatan. Menurut Perry, perkembangan ini didukung oleh kinerja ekspor komoditas utama, seperti batu bara, CPO, serta besi dan baja.
Sementara itu, investasi portofolio hingga 16 November 2021 tercatat net inflows sebesar USD 0,14 miliar. Sedangkan posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Oktober 2021 tercatat sebesar USD 145,5 miliar, setara dengan pembiayaan 8,5 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
“Ke depan, defisit transaksi berjalan diperkirakan akan tetap rendah pada tahun 2021 dan 2022, sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal Indonesia,” ujar Perry.
ADVERTISEMENT
Rupiah Melemah 0,53 Persen
Perry juga melaporkan nilai tukar rupiah pada 17 November 2021 melemah 0,53 persen secara point to point dan 0,56 persen secara rerata dibandingkan dengan level Oktober 2021.
Dia mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut disebabkan oleh aliran masuk modal asing yang terbatas di tengah persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik dan terjaganya pasokan valas domestik.
“Dengan perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 17 November 2021 mencatat depresiasi sebesar 1,35 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2020,” ujar Perry dalam Konferensi Pers RDG BI, Kamis (18/11).
Posisi ini lebih rendah dibandingkan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India, Malaysia, dan Filipina. Menurut Perry, Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya bekerjanya mekanisme pasar, melalui efektivitas operasi moneter dan ketersediaan likuiditas di pasar.
ADVERTISEMENT