Ekspor RI ke Rusia dan Ukraina Anjlok di Maret 2022
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data BPS , total ekspor Indonesia ke Rusia dari Januari-Maret 2022 senilai USD 399,6 juta atau turun 56,6 persen secara bulanan (mtm) dan turun 48,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy).
Komoditas utama ekspor ke Rusia adalah lemak dan minyak hewan nabati sebesar USD 58,3 juta, turun dibandingkan bulan sebelumnya USD 102 juta. Selain itu, ekspor karet dan barang dari karet ke Rusia sebesar USD 0,6 juta di Maret 2022, turun dari bulan sebelumnya USD 7,3 juta. Terakhir, ekspor mesin/peralatan listrik hanya USD 2,5 juta di Maret 2022, padahal di Februari 2022 mencapai USD 10,7 juta.
"Untuk ekspor ke Ukraina juga mengalami penurunan, Januari-Maret 2022 mencapai USD 28,7 juta, turun 100 persen (mtm) dan year on year (yoy), dan turun 73,6 persen dibandingkan Januari-Maret 2021," ujar Margo saat konferensi pers, Senin (18/4).
ADVERTISEMENT
Meski demikian, impor dari Rusia masih mengalami peningkatan. Total impor dari Rusia Januari-Maret 2022 mencapai USD 604,2 juta, naik 60,1 persen (mtm) dan naik 140 persen (yoy). Adapun komoditas utama impornya yakni besi dan baja, pupuk, dan bahan bakar mineral.
Sementara impor dari Ukraina pada Januari-Maret 2022 hanya USD 42,2 juta, turun 56,6 persen (mtm) dan turun 66,5 persen (yoy). Komoditas utama impor dari Ukraina adalah serelia, besi dan baja, serta mesin-mesin pesawat mekanik.
"Rusia merupakan eksportir terbesar empat komoditas seperti minyak mentah, batu bara, gandum, LNG. Sementara itu, Ukraina merupakan eksportir terbesar di dunia untuk komoditas seed oil, jagung, dan gandum," jelasnya.
Perkembangan neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia di bulan Maret 2022 mengalami defisit sebesar USD 189,5 juta, berbanding terbalik dengan angka neraca perdagangan di bulan Maret 2021 yang surplus USD 24,4 juta. Secara kumulatif, di bulan Januari-Maret 2022, Indonesia mengalami defisit dengan Rusia sebesar USD 204,6 juta.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, neraca perdagangan Indonesia dengan Ukraina di bulan Maret 2022 mengalami defisit USD 6,6 juta atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan bulan Maret 2021 yang surplus USD 38,9 juta. Secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia dengan Ukraina di bulan Januari-Maret 2022 mengalami defisit USD 13,5 juta.
Menurut Margo, perang Rusia dan Ukraina menyebabkan melonjaknya harga komoditas di tingkat global. Lebih dari itu, invasi ini juga menimbulkan tekanan inflasi yang tinggi ke sejumlah negara. Kenaikan harga komoditas akibat perang ini mempengaruhi negara Barat, Eropa, Afrika, hingga Timur Tengah.
Dampak yang terjadi di Eropa akan menekan kondisi fiskal sejumlah negara dan menimbulkan kelangkaan energi. Sementara di Afrika Utara, dan Timur Tengah, dampaknya akan menyentuh sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
Margo melanjutkan, dampak dari perang Rusia dan Ukraina ke Indonesia pun dapat terlihat dari naiknya harga komoditas yang tinggi. Di satu sisi, peningkatan harga komoditas, terutama nonmigas akan berpengaruh dan mendorong nilai ekspor Indonesia.
“Dampak ke Indonesia dengan naiknya harga komoditas non migas terutama batu bara dan CPO, akan berpengaruh pada ekspor Indonesia,” jelasnya.
Namun di sisi lain, peningkatan harga komoditas, terutama migas, juga akan mempengaruhi dan mendorong kenaikan nilai impor Indonesia. Sebelum perang, Rusia dan Ukraina memiliki peran penting dalam perdagangan internasional terhadap sejumlah komoditas.
***
Ikuti giveaway kumparanBISNIS dan dapatkan hadiah saldo digital total Rp 1,5 Juta, klik di sini . Kegiatan giveaway ini terbatas waktunya, ayo segera gabung!
ADVERTISEMENT