Enggan Jor-joran Eksplorasi, Pertamina Ragu RI Masih Kaya Minyak

30 Mei 2018 12:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi eksplorasi migas di lepas pantai. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi eksplorasi migas di lepas pantai. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya saat membuka acara Indonesian Petroleum Association Convention and Exhibition (IPA Convex) 2018 pada 2 Mei 2018, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyentil PT Pertamina (Persero) yang malas melakukan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas).
ADVERTISEMENT
BUMN perminyakan itu, Jokowi mengungkapkan, terakhir kali menemukan cadangan migas besar pada era 1970-an. Setelah itu sampai sekarang, Pertamina tak pernah lagi menemukan cadangan besar karena jarang melakukan eksplorasi.
Menurut data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), hingga awal 2018 terdapat 128 cekungan di seluruh Indonesia yang berpotensi memiliki kandungan hidrokarbon. Adapun hidrokarbon merupakan senyawa migas.
Dari 128 cekungan tersebut, sebanyak 74 cekungan hingga saat ini masih belum dieksplorasi untuk kemudian dimanfaatkan hasil migasnya. Menurut SKK Migas, jika 74 cekungan itu dieksplorasi, Indonesia dapat memiliki cadangan migas baru.
Terkait hal ini, Direktur Hulu PT Pertamina (Persero) Syamsu Alam mengatakan, cadangan minyak Indonesia hanya 0,2% cadangan minyak dunia. Sangat riskan jika berspekulasi, 74 cekungan itu belum tentu memiliki cadangan minyak yang besar.
ADVERTISEMENT
"Kita sering bilang Indonesia masih kaya minyak, cekungan kita masih banyak. Cekungan batuan sedimen yang berpotensi mengandung migas, cekungan geologi, enggak bisa hanya pakai satelit, seismik. Satu-satunya cara ya cuma dibor, dites, dibuktikan. Kalau kita pingin lebih secure, kalau bicara ketahanan energi, sangat riskan kalau kita berspekulasi kita masih kaya padahal belum tentu kita punya," ujarnya dalam diskusi dengan media di Jakarta, Senin (28/5).
Samsyu Alam,  Direktur Hulu Pertamina. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Samsyu Alam, Direktur Hulu Pertamina. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Alam menuturkan, Pertamina sudah sering melakukan eksplorasi di laut dalam Indonesia. Misalnya di Selat Makasar, Pertamina mengeluarkan USD 150 juta alias Rp 2,1 triliun untuk satu sumur eksplorasi. Namun hasilnya nihil, Pertamina pun merugi.
"Pertamina melakukan pengeboran bukan lagi di kedalaman konvensional, kita masuk di kedalaman 4.000 meter. Tapi memang belum berhasil. Pertamina melakukan eksplorasi cukup besar di offshore, Karama Block, bersama Statoil. Letaknya di Selat Makasar dengan kedalaman 3.000 meter. Ngebor 2009-2012, ngebor 3 sumur di cekungan yang kira-kira cukup menjanjikan, 1 sumur USD 150 juta, ternyata dry. Hilang (USD 150 juta)," katanya.
ADVERTISEMENT
Cekungan-cekungan di Indonesia yang belum dieksplorasi berada di laut-laut dalam, lokasinya sangat terpencil, risiko kegagalannya besar. Menurut Alam, daripada mempertaruhkan triliunan rupiah untuk eksplorasi di laut dalam Indonesia, lebih baik mengakuisisi cadangan-cadangan minyak di luar negeri. Ekspansi ke luar negeri risikonya lebih kecil.
"Kalau kita punya lahan 100 hektare, kemudian baru kita tanam padi 5 hektare lalu tumbuh berhasil, apakah sisanya akan ada 20 kali produksi yang sudah ada? Jangan-jangan sisanya lahan gambut enggak bisa ditanami. Kita harus berpikir seperti Jepang atau Korea, mereka enggak punya sumber daya alam tapi punya reserve di luar negaranya. Ketahanan energinya tetap kuat," tutupnya.