Era Suku Bunga Rendah, Investasi Apa yang Masih Cuan di 2021?

4 Desember 2020 11:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi investasi di pasar saham Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi investasi di pasar saham Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) saat ini sebesar 3,75 persen, merupakan yang terendah sepanjang masa. Era suku bunga rendah ini juga diperkirakan akan terus berlangsung hingga tahun depan.
ADVERTISEMENT
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, suku bunga acuan akan tetap rendah sampai laju inflasi kembali meningkat.
“Suku bunga akan tetap rendah sampai dengan muncul tanda-tanda tekanan inflasi meningkat,” ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan BI 2020 secara virtual, Kamis (3/12).
Lalu, apa saja investasi yang masih menguntungkan di tahun depan?
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, emas masih menjadi salah satu pilihan investasi di tahun depan. Emas juga dinilai masih layak dikoleksi dalam waktu yang lebih panjang.
“Emas masih layak dikoleksi, tapi mungkin untuk jangka waktu yang lebih panjang,” jelasnya.
Namun demikian, harga emas di tahun depan diperkirakan tak akan setinggi tahun ini. Tahun 2020 dinilai sebagai masa kejayaan emas.
ADVERTISEMENT
“Harga emas mungkin tidak akan setinggi tahun ini di 2021, karena vaksin didistribusikan dan kekhawatiran terhadap pandemi mereda,” jelasnya.
Seorang karyawan menunjukkan kepingan emas di kantor Pegadaian Makassar, Sulawesi Selatan. Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Presiden Direktur PT Panin Asset Management, Ridwan Soetedja, memproyeksi pemulihan ekonomi akan berlangsung di tahun depan. Meskipun pertumbuhannya masih terbatas.
Obligasi dinilai masih menjadi pilihan instrumen untuk berinvestasi di tahun depan. Meskipun nilainya juga tak akan setinggi tahun ini.
“Obligasi masih baik ya di 2020, karena penurunan suku bunga, sehingga harga obligasi meningkat di sana. Tapi mungkin kondisi yang berbeda di 2021 karena suku bunga sudah turun, dia tetap di level yang rendah,” jelas Ridwan.
“Di tahun 2021 tetap ada potensi kita investasi di obligasi, tapi mungkin potensinya tidak sebesar di 2020,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Namun kondisi yang berbeda justru terjadi di saham. Investasi di instrumen berisiko ini dinilai makin cemerlang di 2021.
Perekonomian yang tumbuh, adanya vaksinasi, hingga sentimen positif dari terpilihnya Presiden Amerika Serikat Joe Biden, membuat investor beralih ke saham.
“Saham ini berkorelasi dengan ekonomi. Kalau ekonomi bertumbuh, pasar saham cenderung tumbuh,” kata Ridwan.
Dia menuturkan, pasar saham juga diprediksi akan lebih baik dibandingkan obligasi di tahun depan. Namun, hal ini akan tergantung dari penempatan investor pasar masing-masing obligasi atau saham.
“Di 2021 pasar saham mungkin ya saya asumsikan lebih baik dari pasar obligasi, di mana situasinya berbeda dengan 2020,” tambahnya.
Sementara itu, Head of Wealth Management&Premier Banking Bank Commonwealth, Ivan Jaya, menuturkan pasar obligasi Indonesia saat ini masih menarik bagi investor. Imbal hasil yang ditawarkan juga cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, untuk Surat Berharga Negara (SBN) bertenor 5 tahun saat ini memiliki yield 5,3 persen. SBN 10 tahun memiliki yield 6,4 persen, 15 tahun sebesar 6,9 persen, dan tenor 20 tahun sebesar 7,1 persen.
Ilustrasi bermain saham. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Meski demikian, dia memperkirakan volatilitas masih akan tinggi dalam beberapa bulan ke depan, mengingat pandemi virus corona masih belum usai.
“Yang terpenting dilakukan investor di masa apa pun, terutama yang baik dilakukan dengan kondisi saat ini adalah diversifikasi aset,” kata Ivan.
Untuk investor dengan profil risiko balanced, Ivan menyarankan agar 25 persen reksa dana saham, 40 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi, dan 35 persen reksa dana pasar uang.
Sementara untuk investor dengan profil risiko agresif, idealnya memiliki portofolio yang terdiri dari 60 persen reksa dana saham, 25 persen reksa dana pendapatan tetap atau obligasi, dan 15 persen reksa dana pasar uang.
ADVERTISEMENT
“Untuk reksa dana pilih produk-produk yang terpercaya. Jangan lupa agar tetap aman investasi dari rumah saja melalui digital yaitu bisa dari internet atau mobile banking,” pungkasnya.