Erick Thohir: Keseimbangan Ekonomi Tak Tercipta Kalau yang Kaya Makin Kaya

30 Januari 2022 12:59 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN Erick Thohir usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI terkait progres penanganan masalah PT Garuda Indonesia di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (25/1/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN Erick Thohir usai rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI terkait progres penanganan masalah PT Garuda Indonesia di ruang rapat Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (25/1/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir menganggap ekosistem ekonomi di Indonesia harus diatur dengan baik. Ia mengatakan dalam membangun ekosistem semua pihak terkait tidak boleh mengedepankan ego atau kepentingannya saja.
ADVERTISEMENT
Erick menegaskan kepentingan masyarakat juga harus dikedepankan khususnya dalam upaya menjaga keseimbangan perekonomian dalam negeri.
“Tidak mungkin negara kita ekonominya terus tumbuh kalau tidak rukun, tidak mungkin kita bisa menciptakan keseimbangan ekonomi kalau yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, apalagi saat COVID,” kata Erick saat acara yang digelar PPI secara virtual, Minggu (30/1).
Erick mencontohkan ekosistem dalam bisnis kopi. Ia menjelaskan harus ada kerja sama dengan semua yang bergerak di bisnis tersebut termasuk melibatkan partisipasi para petani kopi.
“Kita juga kerja sama dengan Kemendag sahabat saya Pak Lutfi, didukung Pak Dubes (Mesir) Pak Lutfi juga, ditambah asosiasi kopi, dan juga para swasta yang mau menjadi bagian ekosistem ini,” ujar Erick.
ADVERTISEMENT
Erick merasa dengan ekosistem yang baik membuat bisnis juga semakin maksimal. Ia merasa kalau ada problem seperti politik bakal membuat bisnis menjadi terkendala. Untuk itu, ia menegaskan ekosistem yang baik harus direalisasikan.
“Karena kita sama-sama kita harus rajut yang namanya ekosistem Indonesia untuk kesejahteraan semua, bukan untuk sebagian kelompok karena kalau sebagian kelompok (saja) tidak harmonis, tidak rukun, akhirnya adalah gonjang-ganjing,” tutur Erick.