Erick Thohir Minta BNI Naikkan Kelas Diaspora Jadi Pengusaha di Luar Negeri

23 Juli 2021 18:51 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN Erick Thohir bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN Erick Thohir bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
ADVERTISEMENT
Menteri BUMN Erick Thohir mengajak diaspora untuk menjadi pengusaha di luar negeri. Salah satunya membuka restoran khas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dia menilai selama ini, banyak diaspora yang belajar di luar negeri. Padahal, mereka bisa menjadi entrepreneur atau pengusaha di sana usai masa kuliahnya selesai agar bisa naik.
"Selama ini keadaan diaspora kita kalau tidak student, dia hanya pekerja. Jarang yang jadi entrepreneur. Coba kalau kita lihat di Inggris, restoran India, restoran Thailand banyak banget, tapi restoran Indonesia susah," kata dia dalam Live Instagram dengan Indra Rudiansyah, Jumat (23/7).
Indra Rudiansyah merupakan mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford. Dia juga merupakan satu-satunya orang Indonesia yang terlibat dalam riset vaksin AstraZeneca di Inggris bersama Sarah Gilbert.
Untuk menggerakkan diaspora menjadi pengusaha di luar negeri, Erick mengembangkan PT BNI (Persero) Tbk menjadi bank internasional. BNI cabang London, New York, dan Hong Kong sudah dipetakan untuk program diaspora naik kelas.
ADVERTISEMENT
"Ini yang saya minta ke BNI, mulai garap diaspora kita yang ada di luar negeri yang memang tinggal di sana, terlepas dia WNI atau sudah jadi warga negara sana tapi itu kan Indonesia. Kita naikkan kelas mereka jadi pengusaha," ujar dia.
Pihaknya juga sangat terbuka dengan perusahaan rintisan yang digarap diaspora. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk siap memberikan dukungan dengan modal dan pendampingan.
Menurut dia, Amerika Serikat memiliki 250 startup, China 100 lebih startup. Sementara Indonesia baru ada 5 startup.
"Unicorn kita bisa jadi 20, nah sekarang tinggal kita petakan berapa banyak startup yang potensial, yang diaspora lakukan di luar negeri ataupun di Indonesia. Kita arahkan ke sana juga," terangnya.
ADVERTISEMENT