Erick Thohir: Walaupun Punya Tanah Subur, Pertanian Indonesia Kalah dari Rwanda

15 Januari 2022 16:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri BUMN Erick Thohir bersama Direktur Utama BRI Sunarso melihat keberadaan penggilingan padi yang strategis dalam memasok kebutuhan beras di Jawa Barat. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Menteri BUMN Erick Thohir bersama Direktur Utama BRI Sunarso melihat keberadaan penggilingan padi yang strategis dalam memasok kebutuhan beras di Jawa Barat. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Sektor pertanian Indonesia menghadapi tantangan yang berat di era majunya teknologi. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut agrikultur Indonesia bahkan tertinggal dari Rwanda, padahal punya tanah subur dan penduduk yang banyak.
ADVERTISEMENT
"Jangan kaget kalau negara Rwanda yang 10 tahun ini sudah bangun besar-besaran teknologi agrikulturnya, bisa mengalahkan Indonesia," ujar Erick dalam Talkshow Transformasi Digital Student Day UMM, Sabtu (15/1).
Erick menyebut, Indonesia juga masih belum punya produk-produk unggulan. Tidak seperti negara ASEAN lain yang memiliki produk unggulan seperti Malaysia yang punya unggulan buah durian dan Thailand sebagai surganya berbagai jenis buah berkualitas.
"Kita hanya follower, tanah subur, matahari luar biasa, penduduk banyak, tapi produknya tidak menjadi unggulan," tutur dia.

Erick Thohir: Demografi Indonesia Hadapi Lampu Kuning di 2038

Pemilik Mahaka Group ini juga mengatakan akan ada pergeseran luar biasa dari sektor ketenagakerjaan yang tidak lagi dikuasai oleh sumber daya alam dan ritel. Ada banyak pekerjaan yang akan hilang seperti non automatic manufacture production dan tradisional farming, fishing, dan forestry.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, tenaga kerja yang berkecimpung di pekerjaan tersebut akan digantikan dengan robot. Selain itu Indonesia yang sedang mengalami bonus demografi saat ini harus mulai bersiap dengan perubahaan untuk menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar keempat di dunia pada 2045.
"Mayoritas penduduk anak muda, kelas menengah makin besar, tetapi di tahun 2038 kita sudah lampu kuning, piramida akan kebalik seperti banyak negara contohnya Jepang mayoritas penduduknya tua, sehingga ekonomi sudah mulai minus, ini harus dipersiapkan," kata Erick.
Sehingga, Erick menuturkan Indonesia butuh investasi untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama generasi muda. Selain itu investasi juga dibutuhkan untuk research and development (R&D) yang menjadi kunci menjaga pertumbuhan ekonomi sampai 2045.
"17,5 juta tenaga kerja diperlukan sampai 2035, tapi tenaga kerja yang mengerti teknologi, dekat dengan teknologi, pengusaha yang mengerti teknologi, karena itu infrastruktur yang akan dibangun ke depan juga sangat penting yaitu digitalisasi, wifi, data center, cloud, kabel," imbuhnya.
Seorang petani melihat tanaman kubis yang rusak akibat terkena material vulkanik letusan Gunung Semeru di Desa Supiturang, Pronojiwo, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021). Foto: Ari Bowo Sucipto/Antara Foto
Erick menuturkan, butuh kerja sama semua pihak untuk membangun ekosistem yang tidak kalah dengan negara-negara maju seperti China dan Amerika.
ADVERTISEMENT
"Kita harus punya roadmap sendiri, roadmap Indonesia. Kalau kita tidak punya itu, kita jadi negara kalah, padahal di 2045 maunya menang, tapi menang tidak ada artinya kalau tidak gotong royong," tegasnya.