ESDM Bicara Soal Pengaruh Selat Hormuz Terhadap Stabilitas Harga Minyak Dunia

16 April 2024 15:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengawal Revolusi paramiliter Iran menembakkan sebuah rudal dari sebuah helikopter di Selat Hormuz, Iran. Foto: Sepahnews/ via AP
zoom-in-whitePerbesar
Pengawal Revolusi paramiliter Iran menembakkan sebuah rudal dari sebuah helikopter di Selat Hormuz, Iran. Foto: Sepahnews/ via AP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji menilai selat Hormuz memiliki pengaruh cukup besar terhadap stabilitas harga minyak dunia. Sebab, ada lebih dari 20 ribu vessel (kapal) yang membawa puluhan juta barel minyak melintasi selat tersebut.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya bilang secara kualitiatif itu signfikan jumlahnya kan yang lewat sana lebih dair 20.000 vesel totalnya puluhan juta barel," ujarnya usai acara halal bihalal di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (16/4).
Akhir pekan lalu pasukan elit Garda Revolusi Iran (IRGC) melakukan penyerangan dan menyita kapal kontainer milik Israel yang berlayar sejauh 50 mil laut (92 km) ke arah timur laut Fujairah, Selat Hormuz.
Tak hanya itu, Iran akan menutup lalu lintas Selat Hormuz yang merupakan jalur perdagangan minyak paling penting di dunia. Ada dua puluh persen pasokan minyak global mengalir melalui Selat penghubung antara Teluk Persia dengan Teluk Oman.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji dalam webinar Eisenhower Fellowship Indonesia, Senin (15/4/2024). Foto: Dok. Istimewa
Dalam kesempatan tersebut, Tutuka mengatakan, pihaknya sudah melakukan simulasi-simulasi dampak eskalasi konflik di Timur Tengah terhadap harga minyak. Ia mengatakan, hasil kajian simulasi sudah dilakukan oleh Kementerian ESDM bersama Pertamina. Adapun berbagai parameternya seperti kurs, ICP (Indonesian Crude Oil Price) atau harga patokan minyak mentah Indonesia, serta faktor-faktor lainnya.
ADVERTISEMENT
"Pada intinya, peran dari selat Hormuz itu penting sekali. Selat hormuz itu kan bisa dipegang dikelola oleh Iran jadi segitu menentukan itu bagaimana Pertamina menyikapi hal itu termasuk pemenuhan pasokannya tadi saya bilang pertamian udah kontrak tapi untuk lebih aman kan harus mana lagi yang harus kita support lagi," jelasnya.
Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, mengaku masih memantau perkembangan pasokan minyak mentah Indonesia yang masih bergantung pada impor dari Timur Tengah. Dia menyebut, pasokan bisa terganggu jika logistik terhambat di Terusan Suez dan Selat Hormuz.
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengecek pasokan BBM di Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina Integrated Terminal di Surabaya, Kamis (4/4/2024). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Dia mengatakan, impor minyak mentah Indonesia mayoritas dari Arab Saudi, LPG berasal dari Uni Emirat Arab (UEA) dan Amerika Serikat (AS), sementara BBM diimpor dari Singapura, Malaysia, dan India.
ADVERTISEMENT
"Kalau itu terganggu pasti suplai terganggu, ini yang bisa menyebabkan kekurangan produksi, Biaya logistik naik, minyak dinaikin logistik naik," ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/4).
Arifin pun berharap konflik ini tidak menyebabkan kenaikan harga minyak mentah dunia di atas USD 100 per barel, seperti masa pandemi COVID-19 yang lalu.
Adapun harga minyak mentah dunia menguat pasca serangan Israel ke Iran dan serangan balik Iran ke Israel. Pada perdagangan Senin (15/4), harga minyak mentah Brent berjangka ditutup USD 90,10 per barel, sementara harga West Texas Intermediate (WTI) yakni USD 85,41 per barel.
"Kita berharap jangan sampai seperti kayak COVID-19 dulu itu di atas 100 dolar. Jangan sampai eskalasi berkelanjutan makanya semua negara-negara berupaya supaya jangan terjadi eskalasi berkelanjutan," pungkas Arifin.
ADVERTISEMENT