ESDM Sebut Ada 3 Perusahaan Serius Minati Blok Tuna, Siapa Saja?

16 April 2024 16:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Gedung DPR, Selasa (4/4/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Gedung DPR, Selasa (4/4/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan saat ini peminat Blok Tuna sudah mengerucut dari yang sebelumnya diminati 20 perusahaan kini sudah menjadi 3 perusahaan saja.
ADVERTISEMENT
"Sekarang 3 saya kira ya," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji usai acara halal bihalal di kantornya, Selasa (16/4).
"Sudah hampir selesai mudah-mudahan selesai. Sudah ada calon-calon yang tinggal deal-nya bagaimana sama Zarubezhneft. Zarubezhneft saya kira juga konstruktif lah untuk cepat menyelesaikan itu," sambungnya.
Namun dirinya tidak bisa memerinci siapa saja tiga perusahaan tersebut. Ia hanya memastikan calon pengganti perusahaan minyak dan gas (migas) pelat merah Rusia, JJSC Zarubezhneft di Blok Tuna bakal diputuskan dalam waktu dekat.
"Kita tunggu satu sampai dua bulan nanti ya," ujarnya.
Sebelumnya, Zarubezhneft lewat anak usahanya ZN Asia Ltd memegang 50 persen hak partisipasi Blok Tuna, bersama dengan Harbour Energy Group melalui anak usahanya Premier Oil Tuna BV, yang menggenggam 50 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, Harbour Energy, sebagai operator telah memutuskan untuk mengundur investasi akhir atau Final Investment Decision (FID) terhadap pengembangan Blok Tuna menjadi 2025, atau mundur dari persetujuan rencana pengembangan atau Palnt of Development (PoD) yang sudah diberikan sejak Desember 2022 lalu.
Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi gas di kisaran 100 hingga 150 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Selain itu, investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional juga ditaksir mencapai USD 3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun.