Faisal Basri Kritik Jokowi soal Penanganan Corona: Pakai Data, Bukan Pokoknya

28 Juli 2020 13:50 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Resya Firmasnyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Resya Firmasnyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Penyebaran virus corona di Indonesia masih belum menemukan tanda-tanda bakal selesai. Padahal, Presiden Jokowi sebelumnya sering meminta virus corona harus segera bisa dikendalikan.
ADVERTISEMENT
Ekonom Senior INDEF Faisal Basri mengatakan dalam menyelesaikan virus corona tidak bisa hanya asal-asalan saja. Menurutnya, semua pihak harus dilibatkan.
“Penyembuhan harus pendekatan inter-disiplin dan melibatkan segenap pemangku kepentingan, bukan berdasarkan keinginan dan asumsi tapi berbasis ilmu pengetahuan dan data. Enggak bisa pakai pokoknya, pokoknya,” kata Faisal saat webinar yang digelar INDEF, Selasa (28/7).
“Saya meminta presiden untuk tidak terlalu sering mengatakan pokoknya, pokoknya virusnya harus turun, pokoknya pokoknya, pokoknya no way, hentikan itu,” tambahnya.
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas terkait penanganan corona, melalui telekonferensi bersama jajaran terkait dari Istana Kepresidenan Bogor. Foto: BPMI Setpres/Muchlis Jr
Faisal mengatakan memang tidak ada yang bisa memprediksi kapan virus corona bakal berakhir. Ia merasa yang harus dilakukan adalah mencegah semaksimal mungkin agar tidak banyak yang terpapar.
“Enggak bisa kita bikin timeline, Menko Perekonomian enggak bisa bikin timeline seperti yang dibuatnya itu. Jadi kuncinya adalah ayo kita kendalikan virus ini,” ujar Faisal.
ADVERTISEMENT
Faisal mengakui dalam mengendalikan virus ini tidak bisa menggunakan cara-cara baku atau yang sudah ada. Ia mencontohkan kalau sakit kepala atau pusing selama ini bisa minum obat sakit kepala. Sehingga harus ada upaya dari semua pihak yang terkait.
Faisal berharap dalam penanganan virus corona di Indonesia juga harus seimbang dengan menjaga kesehatan dan tidak membuat perekonomian lumpuh.
“Semua negara sudah melakukan pelebaran defisit, pakai stimulus hampir tak ada negara yang tak melakukan itu, kebijakan moneter, turunkan suku bunga dan lain-lain. Mengingat kondisinya berbeda, resep baku tidak cukup. Ada dimensi yang harus dikedepankan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu tak boleh ada trade off antara ekonomi dan kesehatan,” tutur Faisal.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.
ADVERTISEMENT