Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Beri Utang ke Perusahaan Batu Bara

20 April 2021 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Faisal Basri Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Faisal Basri Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom senior Faisal Basri mengajak publik untuk ramai-ramai boikot bank yang masih memberikan utang ke perusahaan tambang batu bara.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, bank yang masih memberikan pinjaman untuk proyek energi kotor tidak berkomitmen mewujudkan ekonomi hijau, di mana seharusnya bank sudah beralih memberikan pinjaman untuk pengembangan energi bersih.
"Boikot itu adalah hak sipil, seperti mogoknya para buruh, Itu hak untuk (boikot) coal. Kami tidak diam, kalian merusak kami, jadi jangan takut," kata Faisal dalam diskusi Green Finance: Tren Global dan Arah Lembaga Keuangan Nasional yang disiarkan di YouTube Trend Asia, Selasa (20/4).
Menurut dia, publik berhak melakukan boikot karena uang yang dipinjamkan ke perusahaan batu bara adalah uang publik alias dana masyarakat yang disimpan di bank.
Faisal sendiri menyadari, jika aksi ini dilakukan, dirinya akan direpotkan. Salah satunya, anggapan publik yang tak suka dengan menganggap para pemrotes tidak nasionalis, sebab bank-bank asing lebih memiliki komitmen kuat untuk tidak lagi memberikan pinjaman ke perusahaan tambang batu bara.
Ilustrasi batu bara Foto: Kurtdeiner/pixabay
Sementara, bank-bank dalam negeri, termasuk BUMN, masih ada yang memberikan pinjaman. Komitmen mereka tidak murni green financing tapi greenwashing atau berdiri dua kaki dengan mengeluarkan utang untuk proyek energi bersih, tapi di waktu bersama masih memberikan utang ke perusahaan batu bara.
ADVERTISEMENT
"Tapi, ancaman ini tidak mengenal batas wilayah, semaksimal yang kita bisa. Saya sudah memikirkan, hidup akan susah, pensiunannya saya (uangnya ditransfer) di Mandiri Taspen. Memang agak repot, tapi saya siap deh. Tidak ada perjuangan yang tidak repot," lanjut Faisal.
Faisal mengatakan, perusahaan batu bara perlu diberikan ancaman agar mereka jera tidak lagi meneruskan bisnis mengeruk tambang batu bara yang mengotorinya udara dan merusak lingkungan.
Tanpa adanya ancaman, menurut dia, tidak akan ada perusahaan batu bara nasional yang sukarela memutus bisnisnya. Salah satu kunci yang dikhawatirkan pengusaha adalah konsumsi masyarakat.
Analis Pembiayaan Energi Asia Tenggara dari Market Forces Binbin Mariana menilai, laporan pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing report) Indonesia yang diyakini bank-bank dan lembaga pinjaman nasional hanya greenwashing.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, bank-bank selama ini meyakini kegiatan operasional mereka tidak menyebabkan emisi karbon karena sudah serba digital atau kantornya bernuansa green office. Padahal, aset-aset mereka, dalam hal ini, kredit yang diberikan ke perusahaan batu bara berdampak pada kerusakan lingkungan.
"Jadi mereka tidak melihat uang yang mereka keluarkan sebetulnya menghasilkan emisi dan mereka harusnya bertanggung jawab pada mereka sendiri," katanya.
Binbin sepakat dengan seruan boikot yang dilakukan Faisal Basri. Aksi ini dinilai berhasil dilakukan di luar negeri, salah satunya dengan menggunting kartu debit atau kredit bank tersebut di halaman kantor mereka.
"Kelihatannya aksi itu kecil, tapi reputasi bank bisa rusak. Karena bank itu kan lembaga reputasi. Artinya kalau kita boikot, bisa merusak reputasi mereka," ujarnya.
ADVERTISEMENT