Faisal Basri Sindir Penanganan Corona: Ada Pejabat WFH, Malah Nonton Film

17 Juli 2021 10:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengamat ekonomi, Faisal Basri. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Faisal Basri menyinggung tentang pejabat yang sibuk menonton film di masa PPKM Darurat. Potret ini, menurutnya menunjukkan kondisi negara sedang sakit.
ADVERTISEMENT
"Kerja, work from home (WFH) dimanfaatkan bukan untuk kontemplasi, tapi nonton serial film dan diakui secara publik. Jadi kekuasaan ini sedang sakit," kata Faisal dalam Diskusi Online INDEF 'PPKM Darurat, Ekonomi Melambat', Jumat (16/7).
Faisal tidak menyebut siapa yang menonton film serial di masa PPKM Darurat. Namun, pada Rabu (15/7), Menko Polhukam Mahfud MD terlihat membagikan aktivitas lainnya selama penerapan PPKM Darurat, salah satunya menonton sinetron Ikatan Cinta.
Melalui akun Twitter pribadinya @mohmahfudmd, Mahfud memberikan perspektifnya mengenai salah satu adegan dalam sinetron tersebut. Adegan itu, terkait pemahaman hukum yang dibuat dalam sinetron tersebut. Ia menilai ada yang kurang pas yang disampaikan melalui sinetron Ikatan Cinta.
Menurut Faisal tindakan tersebut mencerminkan pemerintah tidak serius menangani pandemi di tengah kasus harian yang terus meroket. Buktinya, jumlah testing Indonesia masih kalah jauh dari banyak negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, menurut Faisal kesalahan fatal pemerintah dalan penanganan pandemi COVID-19 adalah karena terlalu menuhankan investasi. Padahal, masalah kesehatan harus lebih dulu diselesaikan, baru kemudian ekonomi bisa bangkit.
Keberpihakan pemerintah terhadap ekonomi dibandingkan nyawa manusia terlihat dari tetap dibukanya penerbangan internasional. Banyaknya tenaga kerja asing, terutama dari China yang diperbolehkan masuk ke Indonesia.
“Ini kesalahan sejak awal, yang membuat pandemi berlama-lama dan semakin buruk karena kita menuhankan ekonomi dan memberhalakan investasi,” ujarnya.
Selama ini, menurut Faisal, pemerintah selalu mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu yang minus 5 persen masih lebih baik dibandingkan Filipina yang anjlok 12 persen. Padahal, ekonomi Filipina turun dalam karena mengutamakan penanganan COVID-19 ketimbang ekonominya.
“Setelah kasus turun, ekonomi mereka (Filipna) naik. Apakah di tengah pandemi kita masih berhalukan investasi yang sebenarnya kita juga enggak dapat apa-apa,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara di Indonesia, panglima perang untuk menangani pandemi kebanyakan dari orang yang menjabat posisi ekonomi seperti Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Josua Pardede.
"Ibu Nadia (Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemkes RI) ada di mana? Minoritas. Jadi suara kesehatan tidak terdengar, apalagi kalau Pak Luhut sudah ngomong 'diam kau!' Saya rasa di dunia, Pak Luhut yang paling sibuk, jadi tidak meresapi apa yang seharusnya dilakukan," katanya.