Fakta-fakta Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga 50 Bps Jadi 5,25 Persen

18 November 2022 7:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam pengumanan hasil RDG bulanan, Kamis (20/10/2022). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam pengumanan hasil RDG bulanan, Kamis (20/10/2022). Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps atau 0,5 persen di bulan November 2022. BI juga menaikkan suku bunga deposit facility 50 bps di level 4,5 persen dan lending facility 50 bps menjadi 6,0 persen.
ADVERTISEMENT
"Rapat Dewan Gubernur BI pada tanggal 16 dan 17 November 2022 memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate sebesar 5,25 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (17/11).
Berikut kumparan merangkum fakta-fakta hasil RDG BI:

Alasan BI Naikkan Suku Bunga

Perry mengatakan keputusan ini sebagai langkah front loaded, preemptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran BI plus minus 3 persen. Serta memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3 persen plus minus 1 persen lebih awal yaitu paruh pertama 2023.
BI juga memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah agar sejalan dengan nilai fundamental akibat kuatnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang kuat.
ADVERTISEMENT
"BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung upaya pemulihan ekonomi lebih lanjut," imbuhnya.

BI Prediksi The Fed Naikkan Suku Bunga

BI memproyeksi tren kebijakan agresif bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuannya (Fed Funds Rate) akan mencapai puncaknya di kuartal pertama 2023. The Fed diperkirakan bakal menaikkan suku bunga hingga 5 persen.
"Kami prediksi puncaknya Fed Funds Rate itu 5 persen pada kuartal I [tahun 2023]," kata Perry.
Ketua Dewan Cadangan Federal Jerome Powell berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal. Foto: AFP
Perry menuturkan, langkah tersebut bakal menentukan terjadinya tren penguatan nilai tukar rupiah. Ia menjelaskan, nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh faktor fundamental dan kondisi global.
Menurutnya, kondisi global saat ini membuat dolar AS menjadi sangat kuat akibat tekanan depresiasi atau pelemahan nilai tukar yang dialami oleh hampir seluruh negara.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan dolar AS menguat, karena The Fed sangat agresif menaikkan suku bunga Fed Funds Rate. Tidak hanya itu, inflasi di AS juga sudah melonjak naik yang didorong oleh suplai dan permintaan yang sangat kuat serta upah dan juga kenaikan jasa.
"Dampak kenaikan suku bunga Fed Funds Rate yang sangat kuat mendorong dolar AS itu sangat strong terhadap berbagai mata uang dunia," jelasnya.

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Lebih Baik Ketimbang Mata Uang Lain

Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
BI menilai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih lebih baik dibandingkan negara lain. Adapun nilai tukar rupiah ditutup melemah 63 poin di level Rp 15.662 per dolar AS dalam penutupan perdagangan sore, Kamis (17/11).
ADVERTISEMENT
Perry menyebut, nilai tukar dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global memberikan tekanan pelemahan nilai tukar hampir seluruh mata uang dunia.
Indeks nilai tukar terhadap mata uang utama atau indeks dolar AS (DXY) mencapai 106,28 pada 16 November 2022 atau mengalami penguatan sebesar 11,1 persen year-to-date (ytd) selama tahun 2022.
Dengan langkah-langkah stabilisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia, nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021.
"Depresiasi nilai tukar Rupiah tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara lain di kawasan, seperti Korea Selatan 10,30 persen (ytd) dan Filipina 11,10 persen (ytd)," tutur Perry.

BI Optimistis Inflasi Inti di Bawah 4 Persen

Petugas dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) melakukan inspeksi mendadak ketersediaan telur ayam di pasar. Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Perry memastikan inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada kuartal I 2023. Pasalnya, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) maupun inflasi inti diprediksi akan mengalami kenaikan yang lebih rendah dari consensus forecast.
ADVERTISEMENT
“Kami memandang consensus forecast masih tinggi,” lanjut Perry.
Ia memprediksi, inflasi hingga akhir tahun kurang lebih berada di level 5,6 persen, sedangkan consensus forecast 5,9 persen. Sementara, inflasi inti diproyeksi masih akan naik mencapai 3,5 persen di akhir tahun.
“Inflasi inti 3,3 persen masih akan cenderung naik, kami perkirakan di akhir tahun akan mencapai 3,5 persen dan juga akan meningkat karena ada lag effect (efek tunda) kurang lebih 3,7 persen pada bulan Februari dan Maret 2023," pungkasnya.