Fakta Neraca Dagang April 2019 Terparah Sepanjang Sejarah
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan pernah menyentuh USD 2,3 miliar di Juli 2013. Artinya, defisit neraca dagang selama bulan lalu merupakan yang terdalam.
"Untuk defisit USD 2,5 miliar bulanan ini, di data saya Juli 2013 itu USD 2,3 miliar defisitnya, enggak ada lagi," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantornya, Jakarta, Rabu (15/5).
Bahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, defisit neraca perdagangan tersebut perlu diwaspadai. Sebab laju ekspor terkontraksi semakin dalam.
"Walaupun impornya kontraksi, tapi ekspornya kontraksi juga lebih dalam lagi. Jadi ini faktor dari ekspor yang sebetulnya mengalami pelemahan. Kita harus waspada," kata Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut, impor bahan baku dan barang modal juga perlu diantisipasi terhadap industri yang menggunakan. Sebab, penurunan tajam impor sektor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Menurut dia, kondisi saat ini menggambarkan ekonomi dunia dalam situasi yang tidak mudah. Sebab, industri manufaktur nasional bakal mengalami tekanan yang cukup dalam. Padahal, Indonesia harus mempertahankan tren pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Pertanyaannya adalah, apakah sektor lain cukup back up? Dan kalau dari sisi agregat demand-nya, berarti apakah investasi bisa kita jaga? Ini tantangan yang tidak mudah bagi kita," jelasnya.
Defisit neraca perdagangan di bulan lalu lebih disebabkan oleh neraca migas yang juga mencatatkan defisit migas sebesar USD 1,49 miliar, sementara neraca nonmigas defisit USD 1,00 miliar.
Adapun impor migas selama April 2019 tercatat USD 2,24 miliar atau naik 46,99 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara impor nonmigas mencapai USD 12,86 atau naik 7,82 persen (mtm).
Jika dirinci lebih lanjut, impor barang konsumsi mencapai USD 1,42 miliar atau meningkat 24,12 persen (mtm). Hal ini dinilai normal untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Lebaran.
ADVERTISEMENT
Adapun impor barang konsumsi yang meningkat antara lain daging (boneless of bovine animal frozen), apel, pir, serta sepatu olahraga.
Secara kumulatif sejak Januari hingga April 2019, total impor sebesar USD 55,77 miliar atau turun 7,24 persen (yoy).
Impor dari China masih mendominasi, yakni mencapai USD 14,37 miliar atau naik 29,47 persen (yoy). Disusul oleh impor dari Jepang sebesar USD 5,32 miliar atau naik 10,92 persen (yoy), dan Thailand sebesar USD 3,21 miliar atau naik 6,59 persen (yoy).