FPCI: 10 Persen Perdagangan di Indonesia Pakai Mata Uang China

25 Juli 2019 12:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas meletakan uang kertas Renminbi. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas meletakan uang kertas Renminbi. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Penggunaan mata uang China (Renminbi) sebagai transaksi global kian berkibar, termasuk di Indonesia. Berdasarkan catatan Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), setidaknya 10 persen perdagangan di Indonesia sudah menggunakan Renminbi.
ADVERTISEMENT
Pendiri FPCI, Dino Patti Djalal, mengatakan Indonesia kini semakin melirik dalam menggunakan mata uang China. Menurut dia, saat ini porsi penggunaannya sekitar 10 persen dan diprediksi akan terus meningkat.
"Walaupun tidak ada data yang pasti, tapi sekitar 10 persen perdagangan Indonesia menggunakan Renminbi. Diperkirakan ini akan terus meningkat," kata Dino di BOC CFO Forum 2019 di Building Energy SCBD, Jakarta, Kamis (25/7).
Menurut Dino, nilai perdagangan Indonesia dan China saat ini sekitar USD 72 miliar. Jumlah itu diprediksi akan meningkat hingga USD 100 miliar dalam tiga tahun mendatang.
Tak hanya perdagangan, Dino menyebut mata uang China yang digunakan itu juga meliputi berbagai proyek pembangunan, utamanya infrastuktur di Indonesia.
"Pada umumnya kan proyek infrastruktur, pembangunan pabrik, pembangunan jalan tol dan lain sebagainya," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan salah satu proyek yang dibangun menggunakan mata uang China ialah proyek KA Cepat Jakarta-Bandung. Ada pula beberapa proyek lain yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia.
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
"Harus tanya ke US Embassy. Tapi yang jelas dari segi provinsi kan ada 4 yang sudah ikut kerja sama belt and road yaitu Bali, Sumatera Utama, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Utara. Proyek-proyek ini semakin bertambah, baik jumlah maupun kuantitas," katanya.
Menurut Dino, penggunaan mata uang China memang memiliki keuntungan tersendiri dalam sektor perdagangan maupun investasi, karena relatif lebih stabil dari segi volatilitas dibandingkan dolar Amerika Serikat.
"Harus dilihat case by case ya. Tapi kalau dari segi volatilitas, ya Renminbi lebih stabil dibandingkan dolar. Jadi, dari segi cost transaksinya memang lebih aman walaupun tentu tidak terjamin aman total ya," tandasnya.
ADVERTISEMENT