Freeport hingga Blok Rokan, Ini Kekayaan yang Dikembalikan Jokowi ke Ibu Pertiwi

9 Agustus 2021 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
27
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat meninjau kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12). Foto: Dok. Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Ladang minyak raksasa, Blok Rokan, resmi kembali ke Ibu Pertiwi mulai Senin (9/8). Hal ini ditandai alih kelola ladang minyak itu, dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina Hulu Rokan, yang merupakan anak usaha Pertamina.
ADVERTISEMENT
Mengelola sendiri sumber-sumber kekayaan alam Indonesia, menjadi salah satu obsesi Presiden Jokowi. Sebelumnya, Jokowi juga mewujudkan janji politiknya mengembalikan kekayaan alam yang selama ini dikelola Freeport di Papua, jadi milik Indonesia.
Butuh negosiasi alot dan waktu panjang untuk mewujudkan hal tersebut, sebelum akhirnya terwujud. Jokowi mengungkapkan hal itu, dalam sidang tahunan DPD RI pada 2018 lalu.
"Tidak sampai di situ saja, Blok Migas Mahakam, Blok Migas Sanga-Sanga, Blok Migas Rokan, dan mayoritas saham Freeport kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat," kata Jokowi dalam pidato di Sidang Tahunan DPD RI, Jakarta, Kamis (16/7/2018).

Blok Rokan Andalan Produksi Minyak RI

Pertamina akan mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia. Foto: Dok. Istimewa
Kini saat kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan berakhir, ladang minyak itu pun resmi dikelola Pertamina. Padahal sebelumnya, CPI juga berminat dan telah mengajukan perpanjangan kontrak. Tapi tawaran pengelolaan yang diajukan Pertamina, lebih menarik minat pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Blok kaya migas di Riau, Blok Rokan, yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia akan berakhir masa kontraknya pada tahun 2021. Atas dasar pertimbangan bisnis dan ekonomi, pemerintah mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada PT Pertamina (Persero) dengan proposal pengajuan Signature Bonus sebesar USD 784 juta dan nilai komitmen pasti USD 500 juta," kata Jokowi seperti dikutip kumparan dari akun Facebook.
Blok Rokan memiliki luas wilayah 6.220 km persegi. Hingga saat ini, produksi minyaknya masih melimpah di kisaran 162.000 barel per hari (bph) atau terbesar kedua setelah Blok Cepu di Bojonegoro, Jawa Timur.
Di puncak kejayaannya saat masih dikelola CPI, Blok Rokan pernah memproduksi hampir 1 juta barel per hari pada 1973. Sedangkan rata-rata kontribusi produksi Blok Rokan selama 70 tahun terakhir sekitar 46 persen dari produk minyak bumi nasional.
ADVERTISEMENT

Jejak Asing di Blok Rokan

Seremoni alih kelola ladang minyak Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia ke PT Pertamina (Persero), Minggu (8/8). Foto: Pertamina
Cerita-cerita emas itu, sayangnya berlangsung saat Blok Rokan dikelola perusahaan asing asal AS. Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia, Albert Simanjuntak, mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan pemerintah dalam mengelola Blok Rokan selama 97 tahun.
"Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan baik operasional maupun kegiatan yang mendukung masyarakat selama hampir satu abad," kata Albert di acara alih kelola Blok Rokan, Minggu (8/8) malam.
Jejak asing di Blok Rokan, bahkan sudah bermula dari proses survei dan eksplorasinya. Sehingga butuh waktu hampir seabad, untuk mengembalikan ladang minyak raksasa, agar dikelola sendiri oleh Indonesia.
Berdasarkan catatan sejarah, Chevron telah ada di Indonesia yang diawali kedatangan empat ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal) pada 1924. Pada 1930-an, Socal bekerja sama dengan Texaco yang akhirnya membentuk Caltex, menjadi cikal bakal perusahaan Chevron Pasific Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pencarian migas yang dilakukan sejak era Kolonial Belanda tersebut baru memberikan hasil usai penemuan lapangan Duri pada 1941, lalu disusul penemuan lapangan Minas pada 1944. Kedua lapangan tersebut, merupakan yang terbesar dengan kualitas minyak terbaik dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan.