Gaji Pekerja Swasta Tak Sesuai Harapan, Wall Street Ditutup Tertekan

5 Agustus 2021 7:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
Bursa Saham Amerika Serikat berakhir tertekan pada perdagangan Rabu (4/8). Sebagian besar indeks utama Wall Street ditutup lebih rendah dengan S&P 500 terjun bebas dari rekor tertinggi sehari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Reuters melansir, Dow Jones Industrial Average turun 323,34 poin atau 0,92 persen menjadi 34.793,06. Sementara S&P 500 terkoreksi 20,46 poin atau sebesar 0,46 persen ke level 4.402,7.
Adapun Nasdaq Composite mengalami tren berbeda sendiri, dengan kenaikan 19,24 poin atau setara 0,13 persen menjadi 14.780,5.
Sembilan dari 11 indeks S&P lebih rendah, di mana sektor industri dan energi terkoreksi karena data gaji pekerja swasta AS jauh lebih rendah dari apa yang diharapkan pada bulan Juli lalu. Ini disinyalir dipengaruhi faktor kekurangan pekerja dan bahan baku.
Selain itu, faktor kekhawatiran mengenai laju pertumbuhan ekonomi yang belum pulih dari tekanan resesi dan varian COVID-19 juga menjadi alasan lainnya. Termasuk bayang-bayang inflasi yang bisa lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Pada perdagangan kemarin, saham GM (GM.N) terperosok nyaris 9 persen seiring ketidakpastian yang dihadapi produsen mobil global imbas gangguan teknologi dan perekonomian. Nasib yang sama juga dialami kompetitornya, Ford Motor Co (F.N) yang terkoreksi 5 persen.
Ahli Strategi Investasi di Baird, Louisville, Kentucky Ross Mayfield mengatakan, tidak stabilnya bursa saham AS memang dipengaruhi laporan ketenagakerjaan ADP kemarin yang menunjukkan kerugian. Di samping juga keberadaan varian delta dalam sebulan terakhir.
"Secara umum, evolusi lanjutan COVID-19 varian delta dalam beberapa minggu dan bulan terakhir, menjadi semacam penilaian ulang terhadap prospek pertumbuhan," kata Mayfield.
Selain itu, pernyataan Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida bahwa bank sentral harus berada dalam posisi untuk mulai menaikkan suku bunga pada tahun 2023, juga turut mempengaruhi turunnya sentimen pasar saham ini.
ADVERTISEMENT