Gandeng EGA, Produksi Inalum Bertambah 400 Ribu Ton

1 April 2022 10:16 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses Produksi di PT Inalum. Foto: Dok. Inalum
zoom-in-whitePerbesar
Proses Produksi di PT Inalum. Foto: Dok. Inalum
ADVERTISEMENT
PT Inalum (Persero) menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama Emirates Global Aluminium (EGA). Kerja sama ini akan meningkatkan hasil produksi aluminium milik Inalum sebesar 400 ribu ton per tahun.
ADVERTISEMENT
Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab, Husin Bagis menyambut positif penandatanganan kerja sama kedua perusahaan produsen aluminium terbesar di masing-masing negara.
"Kerja sama EGA-Inalum sangat diharapkan, karena Bapak Presiden telah mencanangkan pentingnya hilirisasi mineral bagi Indonesia," ujarnya dalam keterangan resmi pada media, Kamis (31/3).
Selain itu, hilirisasi menjadi kunci penting mengoptimalkan hasil tambang dengan membuat smelter berkapasitas besar. EGA sebagai salah satu penyedia teknologi smelter aluminium, siap menanamkan modalnya ke Indonesia dengan pertimbangan harga energi serta sumber energinya adalah energi terbarukan.
"Ini merupakan tantangan kita bersama dan diharapkan bisa menjadi salah satu deliverables dari G-20 presidensi," lanjut Husin.
Suasana di Pabrik Inalum di Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara. Foto: Moh Fajri/kumparan
CEO Inalum, Hendi Prio Santoso menambahkan bahwa Inalum mengundang EGA untuk masuk dalam value chain industri alumunium mulai dari hulu, midstream hingga hilir. "Kami ingin cepat sehingga rencana kerja sama yang ada bisa segera diimplementasikan," ungkap Hendi.
ADVERTISEMENT
CEO EGA, Abdulnasser bin Kalban menyampaikan bahwa EGA akan segera membuka kantor di Indonesia segera setelah MoU yang ditandatangani diimplementasikan. "Saat ini produksi EGA sudah mencapai 2,5 juta ton per tahun, kerja sama dengan Inalum akan membuat pertumbuhan kami meningkat secara anorganik," pungkasnya.
Adapun Capital Expenditure yang dibutuhkan untuk peningkatan kapasitas produksi tersebut diperkirakan membutuhkan investasi sebesar USD 1,6 miliar.