Gara-gara Virus Corona, Dana Asing Hengkang dari RI Capai Rp 40,16 Triliun

11 Maret 2020 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rupiah Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
ADVERTISEMENT
Virus corona membuat pasar keuangan global tertekan, termasuk di Indonesia. Misalnya saja dana asing yang hengkang dari Indonesia terus bertambah.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, dana asing yang keluar dari pasar keuangan domestik (capital outflow) mencapai Rp 40,16 triliun sejak awal tahun ini hingga 4 Maret 2020 (year to date/ytd).
Investor asing lebih banyak mencabut dananya di pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 31,76 triliun. Sementara di pasar saham sebesar Rp 4,87 triliun.
Padahal sejak awal tahun ini hingga 27 Februari lalu, total dana asing yang keluar dari pasar keuangan Indonesia hanya Rp 16 triliun (ytd).
Secara rinci, Bank Indonesia mencatat dana asing yang keluar dari SBN mencapai Rp 11 triliun, pasar saham Rp 1,6 triliun, serta sisanya berada di korporasi.
"Dampak terakhir corona menggambarkan bahwa year to date terjadi outflow net Rp 40,16 triliun. Obligasi pemerintah Rp 31,76 triliun yang keluar net. Di saham Rp 4,87 triliun yang keluar," ujar Perry di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (11/3).
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan kepada pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI bulan Februari 2019, Kamis (20/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Menurut dia, investor juga banyak mencabut dananya sejak mewabahnya virus corona, yakni pada awal Februari 2020 sebesar Rp 28,9 triliun.
ADVERTISEMENT
"SBN keluar Rp 28,9 triliun di Februari, di Maret Rp 18 triliun. Tapi karena di Januari sebelum corona, ada net inflow, begitu 25 Januari coronavirus terjadi outflow," katanya.
Meski demikian, Perry menegaskan otoritas moneter terus memantau perkembangan yang ada dan tak ragu untuk masuk ke pasar sekunder. Intervensi pun selalu dilakukan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Tahun ini di atas Rp 130-an triliun kita beli. Di antaranya Rp 110 triliun sejak akhir Januari, sejak corona virus. Sehingga itu strategi kami yang kita sebut triple intervention," tambahnya.