Garuda Masih Lakukan Renegosiasi Pembatalan Pesanan Boeing 737 Max 8

29 Maret 2019 16:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra. Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
ADVERTISEMENT
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) masih melakukan renegosiasi kepada pihak Boeing terkait opsi perseroan untuk membatalkan komitmen pemesanan Boeing 737 Max 8. Sebelumnya, Garuda Indonesia sudah mengeluarkan pernyataan bahwa perseroan berencana membatalkan pesanan demi mencegah terjadinya kecelakaan yang menimbulkan banyak korban jiwa.
ADVERTISEMENT
Sejak awal, Garuda Indonesia telah mengajukan pesanan Boeing 737 Max 8 ini sebanyak 50 pesawat. Satu pesawat sudah tiba dan dipakai, sementara 49 sisanya bakal dikirim bertahap mulai 2020. Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra mengakui proses renegosiasi ini tidak mudah, sebab pihak Garuda Indonesia tidak bisa membatalkan secara sepihak. Untuk itu, proses renegosiasi masih berlanjut saat ini.
“Kami tidak bisa membatalkan sepihak. Cuma kemarin mereka mendengar dan mengerti background kenapa kita membatalkan. Mereka enggak bisa bilang iya atau enggak sekarang. Tapi mereka positif, berdiskusi internal dan renegosiasi lagi, April minggu ketiga. Mereka targetkan 22 April datang lagi ke sini. Tapi antara hari ini sampai 22 April kita nanti tektokan apa yang kita butuhkan dan apa yang bisa mereka berikan,” ungkap pria yang akrab disapa Ari Askhara di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Kompleks Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Jumat (29/3).
Boeing 737 Max 8 milik Garuda Indonesia. Foto: Selfy Sandra Momongan/kumparan
Ari mengakui Garuda Indonesia adalah maskapai pertama yang mengeluarkan statement terkait opsi pembatalan pesanan Boeing 737 Max 8. Keputusan mengejutkan tersebut akhirnya diikuti oleh maskapai lain. Pun demikian Ari menyatakan pihaknya tetap ingin menjalin hubungan yang baik dengan Boeing. Ari menegaskan pihaknya juga tidak ingin bertindak terlalu ekstrem, misalnya langsung beralih ke Airbus.
ADVERTISEMENT
“Kita tuh melihat ini relationship dengan Boeing bagus. Sudah lama dari tahun 1960-an. Kita pernah susah juga dan mereka tolong. Kita lihat brand Boeing masih bagus,” tandas Ari.