Goldman Sachs Kibarkan 'Bendera Merah' untuk Defisit Anggaran AS

20 Februari 2018 12:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Goldman Sachs (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
zoom-in-whitePerbesar
Goldman Sachs (Foto: REUTERS/Brendan McDermid)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengajukan rancangan APBN 2018 yang kedua ke Kongres. Dalam rancangan anggaran itu, defisit melebar seiring janji Trump menaikkan belanja militer serta alokasi dana pembangunan infrastruktur.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Market Watch, Goldman Sachs menyebut struktur anggaran tersebut sebagai “belum pernah dipetakan”. Tim ekonom Goldman yang dipimpin Jan Hatzius memperingatkan, pelebaran defisit bisa memudarkan keinginan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
"Dalam dua bulan terakhir, Kongres sudah membahas dua usulan anggaran dari pemerintah dan masih belum bisa disepakati. Defisit melebar, akibatnya utang meningkat dan tak ada stimulus fiskal tambahan,” kata Hatzius.
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bendera Amerika Serikat (Foto: Pixabay)
Membesarnya defisit sudah diprediksi sejak akhir tahun lalu, saat Presiden Trump menggagas pemotongan pajak. Kebijakan itu menurunkan penerimaan negara, sehingga memicu defisit anggaran hingga USD 1,5 triliun dalam satu dekade ke depan.
Ekonom Goldman memperkirakan, tambahan utang untuk menutupi defisit itu, akan menaikkan rasio utang AS terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2019 hingga 5,2%. Pada 2017, rasio utang AS terhadap PDB sudah mencapai 105,4%.
ADVERTISEMENT
Dulu, ujarnya, meningkatnya beban utang telah mendorong Kongres untuk menaikkan pajak dan memotong pengeluaran. Hal ini untuk menekan defisit anggaran. Namun kali ini, kebijakan sebaliknya yang justru akan dilakukan.