Gubernur BI Beberkan Dampak Kenaikan Suku Bunga Bank of Japan

20 Maret 2024 17:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi Bank of Japan. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi Bank of Japan. Foto: Poetra.RH/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, membeberkan dampak dari kebijakan Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) yang menaikkan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Adapun BoJ menaikkan suku bunga acuannya dari -0,1 persen menjadi 0-0,1 persen. Perubahan kebijakan bersejarah ini sekaligus mengakhiri suku bunga negatif BoJ setelah 17 tahun terakhir.
Perry Warjiyo menjelaskan pihaknya masih belum melihat pengaruh naiknya suku bunga BoJ terhadap pergerakan arus modal masuk dan keluar serta nilai tukar rupiah.
“Pengaruh Jepang kami tidak melihat kebijakan-kebijakan BOJ itu berpengaruh besar terhadap pergerakan inflow dan outflow maupun juga berkaitan dengan nilai tukar, karena ujung-ujungnya pergerakan nilai tukar berbagai negara itu sangat ditentukan juga kekuatan nilai tukar dolar yang masih cukup kuat,” kata Perry dalam konferensi pers di Kantor Pusat BI, Rabu (20/3).
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti mengatakan dampak dari kenaikan BoJ di market belum terasa. Bahkan tidak ada dampak terhadap nilai tukar rupiah.
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
“Bahkan setelah Jepang menaikkan suku bunga dampaknya kalau kami lihat Yen-nya mengalami pelemahan, terkait Jepang kami belum melihat dampaknya yang signifikan terhadap rupiah,” kata Destry.
ADVERTISEMENT
Mengutip AP, keputusan ini merupakan kenaikan suku bunga pertama sejak Februari 2007. BoJ menyatakan, kebijakan suku bunga negatif serta langkah-langkah lain untuk menyuntikkan likuiditas ke dalam ekonomi dan menjaga biaya pinjaman tetap rendah telah berhasil memenuhi ekspektasi.
Adapun, BoJ memiliki target inflasi sebesar 2 persen yang digunakan sebagai ukuran apakah negara tersebut dapat keluar dari ancaman deflasi.