Gubernur BI: Ekspor Bakal Geser Konsumsi Jadi Pendorong Utama Ekonomi di 2021

22 Desember 2020 13:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Dok. Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi ekonomi di tahun depan tumbuh sekitar 4,8 persen hingga 5,8 persen. Menurut dia, laju ekonomi di 2021 akan didorong ekspor.
ADVERTISEMENT
Hal itu sekaligus menggeser posisi konsumsi, utamanya konsumsi pemerintah, yang pada kuartal III ini menjadi satu-satunya komponen PDB yang tumbuh positif menjadi penyelamat pertumbuhan ekonomi.
"Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi di 2021 akan semakin baik. Sumber pertumbuhan ekonomi pertama dari ekspor," ujar Perry dalam webinar Outlook Perekonomian Indonesia 2021, Selasa (22/12).
Menurut Perry, kinerja ekspor pada tahun depan akan tetap melanjutkan tren perbaikan. Hal ini lantaran kondisi ekonomi global yang juga membaik.
BI sendiri memproyeksi pertumbuhan ekonomi global sebesar 5 persen di 2021, dari minus 3,8 persen di tahun ini.
“Terutama mitra dagang kita Tiongkok bisa tumbuh 7,8 persen dan AS 4,3 persen. Ini sumber pertumbuhan ekonomi dari ekspor,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Sumber kedua perekonomian adalah konsumsi, baik rumah tangga atau swasta maupun pemerintah. Menurut Perry, kebijakan pemerintah yang melanjutkan program pemulihan ekonomi nasional, terutama pada perlindungan sosial, akan mendukung konsumsi di tahun mendatang.
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
"Sumber pertumbuhan ekonomi ketiga dari investasi, dari belanja modal pemerintah seperti infrastruktur dan investasi swasta karena UU Cipta Kerja," katy Perry.
Sumber perekonomian juga didorong oleh adanya vaksin corona. Meskipun vaksinasi akan dilakukan secara bertahap, namun menurut Perry, hal ini akan memberikan pemulihan pada ekonomi.
"BI berpartisipasi dalam pembiayaan dari vaksinasi. Di 2020 ada mekanisme burden sharing antara BI dan Kemenkeu, disebutkan Menkeu adalah total public goods Rp 397,56 triliun, semua dana dari BI," tuturnya.
“Antara lain untuk biaya kesehatan, dari anggaran di 2020, tidak semua bisa dipakai dan akan di carry over untuk biaya vaksinasi,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT