Gubernur BI: Inflasi 2022 dan 2023 Bisa Melebihi Target 4 Persen

18 Agustus 2022 10:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil FMCBG G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022). Foto: Antara
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat konferensi pers hasil FMCBG G20 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7/2022). Foto: Antara
ADVERTISEMENT
Dalam agenda Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian inflasi 2022, Kamis (18/8), Gubernur Bank Indonesia (BI) atau Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan inflasi hingga akhir tahun ini bisa di atas target 3 plus minus 1 persen atau 2-4 persen. Meskipun, inflasi bulan Juli 2022 yang mencapai 4,94 persen (yoy) ini masih rendah dibandingkan negara lainnya.
ADVERTISEMENT
“Inflasi IHK pada tahun 2022 kami perkirakan akan lebih tinggi dari batas atas kisaran sasaran 3 plus minus 1 persen. Perkiraan ini terutama karena masih tinggi harga energi dan pangan global, gangguan cuaca serta kesenjangan pasokan antar waktu dan antar daerah,” ujar Perry di Jakarta, Kamis (18/8).
Perry menjelaskan, inflasi yang di atas target itu disebabkan oleh inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile food) yang sudah mencapai 11,47 persen di bulan lalu. Selain itu, adanya ganguan pasokan di sejumlah negara juga mendorong tingginya harga pangan secara global.
“Inflasi kelompok pangan bergejolak yang capaiannya 11,47 persen yang mestinya tidak lebih dari 5 persen atau maksimal 6 persen. Tekanan ini bersumber terutama dari kenaikan harga komoditas global akibat keberlanjutan ketegangan geopolitik di sejumlah negara yang mengganggu mata rantai pasokan global dan mendorong negara untuk melakukan proteksionisme pangan di dalam negeri,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, adanya krisis pangan ini menurut Perry juga menyebabkan gangguan di sejumlah sentra-sentra produksi hortikultura. “Ini termasuk aneka cabai, aneka bawang merah akibat permasalah struktural di sektor pertanian serta cuaca,” sambungnya.
Tidak hanya, inflasi pangan Perry juga menjelaskan kenaikan harga energi global mendorong inflasi kelompok barang yang diatur oleh pemerintah. Namun menurutnya, tekanan dapat ditahan sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan subsidi energi.
Sementara tekanan inflasi dari sisi permintaan atau inflasi inti masih tetap rendah. Dia mengatakan hal ini menunjukkan adanya daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih meskipun sudah meningkat.
Tidak hanya tahun 2022, inflasi tahun depan menurut Perry akan berisiko melebihi batas sasaran yakni 3 persen plus minus 1 persen. Di samping masih tingginya harga pangan dan energi global, permintaan juga menurutnya kemungkinan akan mendorong tekanan inflasi dari sisi permintaan untuk ke depan.
ADVERTISEMENT
“Inflasi pada 2023 juga berisiko melebih batas sasaran melebihi 3 persen plus minus 1 persen, di samping masih tingginya harga pangan dan energi global permintaan juga kemungkinan akan dorong tekanan, inflasi dari sisi permintaan untuk ke depannya,” terangnya.