Gubernur BI Jelaskan 4 Penyebab Inflasi 2019 Terendah dalam 20 Tahun

3 Januari 2020 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
Laju inflasi selama 2019 sebesar 2,72 persen secara tahunan (year on year/yoy). Ini merupakan inflasi terendah sejak 2000 atau selama 20 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, komponen inflasi inti, yang mencerminkan daya beli masyarakat, jauh lebih rendah dibandingkan komponen harga yang diatur pemerintah (adminsitered price) maupun bergejolak. Adapun inflasi inti sebesar 3,02 persen (yoy) selama 2019, sedikit lebih rendah dari 2018 yang sebesar 3,07 persen (yoy).
Sementara inflasi administered price selama tahun lalu hanya 0,51 persen (yoy), juga lebih rendah dari 2018 yang mencapai 3,36 persen (yoy). Sedangkan inflasi bergejolak selama tahun lalu mencapai 4,30 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan 2018 yang hanya 3,39 persen (yoy).
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menjelaskan, ada empat faktor yang menyebabkan inflasi inti juga rendah dibandingkan komponen lainnya. Pertama, kapasitas produksi atau pasokan jauh lebih besar dibandingkan permintaan, sehingga tak terjadi tekanan harga.
ADVERTISEMENT
“Inflasi 2019 terendah dalam 20 tahun terakhir ya, Alhamdulillah. Permintaan naik, tapi kapasitas produksi masih memenuhi. Jadi produsen memenuhi kenaikan permintaan, jadi tekanan harga sisi permintaan rendah,” ujar Perry usai Jumat di Masjid Baitul Ihsan BI, Jakarta, Jumat (3/1).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Kedua, otoritas moneter bersama dengan pemerintah pusat maupun daerah gencar melakukan koordinasi untuk memastikan pasokan bahan pangan dan keterjangkauan harga.
“Kita juga lihat sejumlah komoditas dan barang deflasi, kayak bawang merah. Cabai naik sedikit, tapi tidak besar. Hampir semua komponen inflasi rendah, bahkan deflasi,” jelasnya.
Ketiga, nilai tikar rupiah terhadap dolar AS yang terapresiasi sepanjang 2019 membuat laju inflasi tidak mengalami tekanan. Bahkan menurut Perry, harga atas barang impor sepanjang tahun lalu juga cenderung rendah dibandingkan tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Keempat, terjangkaunya ekspektasi harga ke depan. Dalam survei ekspektasi konsumen dan perkiraan inflasi para ekonom dan produsen, serta konsumen rendah,” tambahnya.