Gubernur BI Klaim Ekonomi RI Kuat di Tengah Meningkatnya Ketidakpastian Global

22 Mei 2024 16:13 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Devisa Hasil Ekspor di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (28/7/2023). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengeklaim ekonomi Indonesia memiliki daya tahan yang tinggi di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
ADVERTISEMENT
Perry mengungkapkan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 tercatat 5,11 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 5,04 persen yoy.
"Ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan pada periode tingginya ketidakpastian global," kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (22/5).
Perry menjelaskan ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi di tengah prospek perekonomian Amerika Serikat (AS) yang kuat. Pertumbuhan ekonomi AS ditopang oleh perbaikan permintaan domestik, termasuk fiskal akomodatif, dan kenaikan ekspor.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam acara Taklimat Media dengan topik Perkembangan Ekonomi Terkini di Jakarta, Rabu (8/5/2024). Foto: Ghifari/Kumparan
Di sisi lain, BI mencatat angka inflasi AS pada April 2024 tetap tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi AS yang kuat tersebut.
"Perkembangan inflasi ini meningkatkan kemungkinan penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada akhir tahun 2024," katanya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, kondisi perekonomian global juga dipengaruhi oleh konflik Timur Tengah. Menurut Perry, risiko memburuknya ketegangan geopolitik sejak akhir April 2024 tidak berlanjut.
Berbagai kondisi ini dinilai berdampak positif pada tertahannya penguatan dolar AS secara global dan menurunnya yield US Treasury dibandingkan dengan kondisi pada pertengahan April 2024, meski masih berada pada level yang tinggi.
"Aliran modal ke negara berkembang kembali terjadi dan mengurangi tekanan terhadap nilai tukarnya," ujar dia.