Gubernur BI Prediksi Rupiah Kembali Bangkit di Semester II Usai Dihajar Dolar AS

31 Januari 2024 12:00 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Seorang Teller menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (7/1/2018). Rupiah ditutup menguat 1,26 persen menjadi Rp14.085 per satu Dolar AS. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi nilai tukar rupiah akan menguat di semester II tahun ini. Adapun berdasarkan data Bloomberg pukul 11.04 rupiah berada di posisi Rp 15.800 per dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
"Rupiah memang sekarang agak naik turun. Kami yakin setidaknya di semester II akan apresiasi, mengarah kepada fundamentalnya," kata Perry dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, Rabu (31/1).
Perry memastikan, pihaknya akan menjaga dan memperkuat bauran kebijakan moneter untuk memperkuat nilai tukar rupiah.
"Kami akan terus pastikan rupiah stabil dan akan cenderung menguat," tegasnya.
Di sisi lain, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2023 jauh lebih baik ketimbang negara lain yakni tumbuh 5 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Gubenur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampikan laporan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
"Inflasi Indonesia juga termasuk empat terendah di dunia setidaknya G20, 2,61 persen," ungkapnya.
Dalam kesempatan berbeda, Perry bilang, anjloknya rupiah dipengaruhi oleh berita mancanegara yang masuk ke Indonesia. Ia memastikan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terjadi dalam waktu pendek.
ADVERTISEMENT
"Dalam jangka pendek, ada faktor-faktor berita satu hingga dua minggu terakhir yang berpengaruh terhadap tatanan nilai tukar rupiah. Tidak hanya rupiah, tapi seluruh dunia," kata Perry dalam konferensi pers KSSK di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (30/1).
Perry bilang, salah satu berita yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah pasar yang memproyeksi bahwa Federal Fund Rate (FFR) atau suku bunga the Fed, akan turun di kuartal I atau kuartal II tahun ini.
"Tapi ternyata data-data terakhir kayanya FFR FOMC kayanya sabar untuk enggak buru-buru menurunkan FFR, karena apa? Personal spending-nya atau ekonominya masih tumbuh bagus dan inflasi inti belum turun di bawah sasaran," ungkapnya.
Tak hanya itu, Perry menyebut berita soal pergerakan dolar juga menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah beberapa waktu belakangan ini.
ADVERTISEMENT
"Tempo hari indeks dolar sudah turun ke dari 103 ke 102, naik lagi ke 103 malah di atas 103. Sehingga seluruh mata uang dunia melemah, tidak terkecuali rupiah," katanya.
Terakhir, ada pula berita mengenai tensi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah dan Laut China. Hal itu memberikan sentimen negatif pada pergerakan rupiah.
"Berita-berita itu yang membuat kemudian tekanan nilai tukar mata uang dunia termasuk rupiah itu meningkat," tandasnya.