Gubernur BI: Rupiah Stabil dan Punya Potensi Terus Menguat

28 Mei 2020 18:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akan cenderung bergerak menguat dalam beberapa waktu ke depan.
ADVERTISEMENT
Perry mengklaim bahwa pergerakan rupiah cukup stabil hingga hari ini. Berdasarkan data BI, nilai tukar rupiah hari ini berada pada posisi Rp 14.715 per dolar AS.
"Hari ini rupiah diperdagangkan stabil di Rp 14.700. Ini meyakinkan kami bahwa nilai tukar rupiah ke depan Insyaallah akan terus menguat menuju ke level atau tingkat fundamentalnya," ungkap Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (28/5).
Sedangkan pada perdagangan kemarin, Rabu (27/5), nilai tukar rupiah juga ditutup menguat 60 poin menjadi Rp 14.670 per dolar AS.
Perry mengatakan pada Maret lalu rupiah memang sempat tertekan hingga ke level Rp 16.000 per dolar AS. Namun pada bulan April, pergerakan mata uang garuda terhadap dolar AS cenderung stabil dan terus menguat.
Gubernur BI, Perry Warjiyo saat menyampaikan media briefing Kamis (2/4) melalui siaran live streaming. Foto: Dok. BI
Perry mengatakan, posisi rupiah yang masih undervalue atau berada di bawah level fundamental disebabkan faktor premi risiko yang masih tinggi akibat ketidakpastian di pasar keuangan global.
ADVERTISEMENT
"Sebelum COVID-19, nilai tukar rupiah pernah di bawah Rp 14.000, di level Rp 13.800. Pernah juga sampai Rp 13.600. Itu akan mengarah ke sana," ujarnya.
Perry menjelaskan, tingkat fundamental nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang rendah, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang juga rendah, serta aliran modal asing berupa portofolio khususnya melalui instrumen Surat Berharga Negara (SBN) yang masuk ke dalam negeri.
"Sehingga imbal hasil dari SBN kita yang menurun juga mendukung stabilitas nilai tukar kita ke arah fundamental. Kami meyakini nilai tukar saat ini masih undervalue dan berpeluang terus menguat ke arah fundamentalnya," tandasnya.