Gula Langka Imbas Libur Panjang, Aprindo Pastikan Sudah Mulai Banjiri Ritel

25 April 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rak gula kosong dan sebagian digantikan oleh tepung terigu di Alfamidi Condet Raya, Jakarta, Minggu (21/4/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rak gula kosong dan sebagian digantikan oleh tepung terigu di Alfamidi Condet Raya, Jakarta, Minggu (21/4/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengungkapkan alasan mengapa gula pasir langka di ritel modern karena distribusi terhambat libur panjang lebaran.
ADVERTISEMENT
Kelangkaan gula di ritel modern masih terjadi meskipun pemerintah sudah menaikkan Harga Acuan Pemerintah (HAP) gula konsumsi menjadi Rp 17.500 per kg, dari semula Rp 16.000 per kg.
Roy menuturkan, saat relaksasi HAP yang dilakukan pada 5 April 2024 sudah masuk periode libur panjang lebaran, sehingga otomatis distribusi atau pengiriman gula semuanya tertunda.
"Kemudian minggu lalu sudah mulai bergerak, sehingga sekarang di ritel-ritel kalau teman-teman lihat yang harga Rp 17.500 sudah mulai banyak, karena memang bukan terkendala ya, memang libur panjang," jelasnya saat ditemui di halal bi halal Kemendag, Kamis (25/4).
Para pengusaha sempat mendesak adanya relaksasi HAP gula konsumsi, sebab naiknya bahan baku membuat harga beli gula lebih tinggi daripada harga jual yang dipatok HAP. Hal ini, menurut Roy, menjadi penyebab awal gula langka sebelum ada relaksasi.
ADVERTISEMENT
"Harga belinya di atas harga jual ya pasti barang akan langka, berarti harus ada relaksasi terhadap harga acuan supaya harga belinya di bawah harga jual, karena tidak ada pelaku usaha yang mau beli mahal, itu yang menyebabkan langka," ungkap Roy.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey saat halal bi halal Kemendag, Kamis (25/4/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Meski begitu, dia memastikan pasokan gula sudah mulai membanjiri ritel modern. Dia mengakui, penyalurannya belum begitu merata sampai ke luar Pulau Jawa.
"Hanya mungkin di beberapa ritel yang di luar Jawa, karena harus kapal. Kapal itu berarti ada angkut, ada musim kapalnya, ada jadwal kapalnya," jelas Roy.
Roy menyebutkan, gula merupakan salah satu bahan pokok penting yang masih bergantung pada impor. Kebutuhannya per tahun mencapai 2,5 juta ton atau rata-rata 200-250 ribu ton per bulan, terdiri dari gula kristal putih 850 ribu ton dan gula rafinasi 1,3 juta ton per tahun.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, berdasarkan pantauan kumparan di Alfamidi Jalan Condet Raya, stok gula kristal putih atau gula konsumsi telah seret sejak jelang Idul Fitri 2024.
“Sudah lama enggak ada (stok) sudah dari sebelum Lebaran,” kata pramuniaga toko tersebut, Minggu (21/4).
Gula digantikan oleh beras di Indomaret Condet Raya, Jakarta, Minggu (21/4/2024). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Sebelum adanya kelangkaan stok, dia bilang belum ada kenaikan harga jual gula pasir di toko tempatnya bekerja. Selain itu, pramuniaga tersebut tidak mengetahui kapan pasokan gula konsumsi akan datang mengisi rak-rak gula yang kini diisi oleh tepung terigu.
“Belum tau kapan (datang), belum sempat naikkan masih di Rp 16.000 (per kg),” imbuhnya.
Di sisi lain, sebelum terjadi kelangkaan stok, dia bilang manajemen PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sempat menerapkan pembatasan pembelian gula konsumsi sebanyak 2 kg atau dua kemasan gula 1 kg, per orang. “Sebelumnya dibatasi juga dua per orang,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya di Jakarta, di sejumlah ritel modern seperti Alfamart dan Indomaret di Bekasi juga sulit mencari gula pasir. Di Alfamart sekitar Grand Wisata, Tambun, Bekasi, bahkan pembelian gula pasir dibatasi maksimal hanya 2 kg.