Gundah Peritel Imbas COVID-19 Melonjak: Besok Tutup Kalau Tak Ada Stimulus!

23 Juni 2021 11:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mal. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mal. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Meledaknya kasus COVID-19 membikin pemerintah kembali menarik tuas rem darurat. Kebijakan pengetatan pun kembali diterapkan.
ADVERTISEMENT
Sektor ritel menjadi salah satu yang terimbas langsung kebijakan ini. Terutama dengan kembali dikuranginya jam operasional pusat perbelanjaan menjadi hingga pukul 20.00 WIB.
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah, menilai keadaan ini merupakan kondisi yang sangat dilematis bagi peritel. Soalnya mereka baru saja bisa sedikit bernapas lega setelah omzet mulai membaik berkat pelonggaran.
"Sudah pasti ini akan terdampak ke penjualan dan traffic yang akan belanja, tergantung seberapa besarnya (kasus) naik. Kalau pemerintah membatasi 25 persen untuk restoran, itu akan ya segitu omzetnya," jelas Budihardjo kepada kumparan, Rabu (23/6).
Budihardjo mengungkapkan, mereka saat ini dihadapkan pada pilihan yang dilematis. Menurutnya, antara mempertahankan operasional dengan menutup usaha sama-sama beratnya.
ADVERTISEMENT
Selama ini para peritel sudah putar otak agar tetap bisa bertahan. Sebab menutup usaha juga mesti memperhitungkan beban kerugian, termasuk dampak ke sektor lainnya yang bergantung pada bisnis ritel seperti mal hingga supplier.
Ilustrasi konsumsi masyarakat. Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
Budihardjo memberi sinyal, ritel-ritel yang sudah ngos-ngosan itu bisa terancam gulung tikar kapan saja. Terutama bila tidak ada stimulus hingga keringanan dari segi beban operasional.
"Saat ini kita masih bisa bertahan dengan uang masuk yang diputar-putar, negosiasi ke supplier, ke mal, masih ke bank pinjaman. Kalau bank tidak memperpanjang pinjaman, sewa enggak mau nurunin, ya tutup sudah, mungkin besok tutup," jelasnya.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, mengungkapkan hal senada. Bahkan menurut Alphonzus, tingkat kunjungan ke mal bisa anjlok dan hanya tersisa 10 persen saja.
ADVERTISEMENT
Berkaca dari pengalaman yang sudah-sudah, mengetatkan jam operasional mal tak banyak berdampak pada penekanan laju kasus corona. Atas dasar itu, dia berharap protokol dan aturan yang dijalankan tidak bersifat parsial.
"Dengan pembatasan ini maka sudah dapat dipastikan bahwa perekonomian akan kembali terpuruk. Oleh karenanya pemerintah harus dapat memastikan bahwa pembatasan kali ini benar-benar disertai dengan penegakan yang kuat atas pemberlakuan serta penerapan protokol kesehatan yang kuat, disiplin dan konsisten. Sehingga pengorbanan besar di bidang perekonomian tidak menjadi sia-sia kembali," tutur Alphonzus.