Hadapi PSBB, Pizza Hut Andalkan Penjualan Online untuk Bertahan

11 September 2020 12:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi logo Pizza Hut Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi logo Pizza Hut Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Restoran menjadi salah satu sektor yang terdampak pandemi COVID-19. Sektor ini masih lesu di masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi karena adanya keterbatasan kapasitas hingga layanan. Kondisi seperti ini tengah dialami oleh perusahaan layanan cepat saji, Pizza Hut.
ADVERTISEMENT
PT Sarimelati Kencana Tbk, selaku perusahaan pengelola franchise Pizza Hut di Indonesia ini memproyeksikan penurunan pendapatan sebesar 25 persen pada tahun ini. Adapun sepanjang semester I 2020, penjualan perusahaan turun 7,2 persen menjadi Rp 1,8 triliun dibanding periode sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,94 triliun.
Sementara itu laba bersih turun lebih dalam menjadi Rp 10,48 miliar sepanjang semester I 2020 dibanding periode sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp 99,65 miliar.
Manajemen mengakui kebijakan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan soal PSBB akan membuat operasional bisnis semakin tertekan. Namun Direktur Sarimelati Kencana Joe Sasanto memahami pemulihan kesehatan jauh lebih penting ketimbang ekonomi untuk saat ini.
“Penerapan PSBB di Jakarta tentu merupakan kemunduran bagi proses recovery bisnis restoran dan ekonomi secara keseluruhan, walaupun kita mengerti alasannya dan akan tetap mendukung keputusan Pemda DKI,” katanya kepada kumparan, Jumat (11/9).
Ilustrasi Jakarta akan kembali memberlakukan PSBB. Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Meski demikian, Joe mengungkapkan perusahaan tidak tinggal diam. Ada segudang cara yang dapat Pizza Hut jalankan untuk tetap bertahan di tengah kondisi yang semakin tertekan. Pertama, perusahaan akan mengubah model bisnis dengan fokus pada penjualan antar atau take away.
ADVERTISEMENT
Cara ini dinilai efektif karena kebiasaan masyarakat turut berubah di tengah pandemi. Dalam studi yang dirilis awal April lalu, Nielsen mengatakan sejak diberlakukannya imbauan tinggal di rumah untuk mencegah penyebaran COVID-19, sekitar 30 persen konsumen merencanakan untuk lebih sering berbelanja secara daring.
Untuk memaksimalkan strategi penjualan pesan antar, perusahaan juga telah bekerja sama dengan Grab dan Gojek, selain juga armada internal yang mereka miliki. Perusahaan juga gencar melakukan promosi melalui media sosial untuk menarik perhatian pelanggan.
“Sehingga diharapkan dampak penutupan dine in bisa sebagai recover dari penjualan take away dan delivery,” kata Joe.
Sejauh ini perusahaan belum melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK kepada pegawainya. Hingga September 2020 total pegawai perusahaan berjumlah 7.818 orang. Selain itu, outlet-outlet yang tersebar di mal khususnya di DKI Jakarta masih beroperasi secara normal meski tanpa ada aktivitas makan di tempat.
ADVERTISEMENT
Pada tahun ini, perusahaan akan memperluas pengoperasian restoran di seluruh Indonesia. Ada 10 outlet baru yang rencananya akan mulai beroperasi hingga akhir tahun. “Akan ada sekitar pembukaan 10 outlet baru lagi sampai dengan akhir tahun ini. Yang paling dekat adalah Duri Riau, Pasar Kemis dan Martapura,” ungkapnya.