Hadapi Revolusi Industri 4.0, Menperin Gandeng Lembaga Riset Jerman

6 Mei 2018 10:14 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Airlangga Hartarto dan Enggartiasto Lukita (Foto: ANTARA FOTO/ Wahyu Putro)
zoom-in-whitePerbesar
Airlangga Hartarto dan Enggartiasto Lukita (Foto: ANTARA FOTO/ Wahyu Putro)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, salah satu yang tengah difokuskan adalah meningkatkan penelitian dan pengembangan di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Langkah ini diambil karena menjadi kunci dalam mengimplementasikan roadmap Making Indonesia 4.0: lima sektor manufaktur yang difokuskan, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, serta kimia.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, untuk mewujudkan litbang yang maju, pihaknya baru saja menjalin kerja sama dengan lembaga riset terkemuka dari Jerman, The Fraunhofer Institute for Production Systems and Design Technology IPK yang dilakukan pada kunjungannya ke Berlin, Jerman, pada Sabtu (5/5) kemarin. Ada empat komitmen yang dihasilkan dari kerja sama ini.
"Pertama, membuat rencana aksi secara detail untuk implementasi Making Indonesia 4.0. Kedua, melakukan pendekatan manajemen baru untuk merevitalisasi beberapa pusat litbang di Indonesia terutama balai-balai yang dimiliki Kemenperin," kata Airlangga seperti dikutip dalam laman resmi Kementerian Perindustrian, Minggu (6/5).
ADVERTISEMENT
Komitmen ketiga, lanjut Airlangga, adalah dengan mengembangkan program vokasi yang link and match antara Kemenperin dengan politeknik dan industri. Program vokasi menjadi fokus pemerintah setelah sekian lama program ini, termasuk kurikulumnya, yang dianggap susah menyerap tenaga kerja di lapangan.
Komitmen keempat adalah menyusun kebijakan dalam membuat pusat inovasi untuk pengembangan sektor industri kecil dan menengah (IKM) agar siap memasuki era revolusi industri 4.0. Menurutnya, hal ini juga mampu mendongkrak daya saing manufaktur nasional termasuk IKM di kancah global.
“Kami berharap adanya langkah sinergi ini bisa meningkatkan inovasi, efisiensi, produktivitas yang berkualitas, dan menciptakan pekerjaan baru bagi sektor manufaktur yang akan menuju industri 4.0,” lanjut Airlangga.
Kesepakatan kedua belah pihak tersebut akan direalisasikan melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di Indonesia dalam waktu dekat. Kemenperin segera mengundang Fraunhofer IPK ke Indonesia untuk mendiskusikan detail aktivitas dalam lingkup kerja sama sesuai empat poin yang telah disepakati.
ADVERTISEMENT
“Targetnya, Indonesia akan menjadi negara dengan perekonomian terkuat ketujuh di dunia pada tahun 2030. Bahkan, tahun 2050, Indonesia diproyeksi mampu naik peringkat menjadi keempat di dunia,” paparnya.
Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Kemenperin (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan yang ikut Airlangga ke Berlin, menjelaskan kunjungan ke The Fraunhofer IPK untuk saling berbagi pandangan dan mendiskusikan mengenai implementasi industri 4.0.
Selain itu, rombongan juga meninjau secara langsung mengenai ruang lingkup keahlian, layanan, dan fasilitas yang dimiliki lembaga riset nonprofit tersebut dalam mendukung aktivtas industri di Jerman, terutama sektor IKM.
"The Fraunhofer IPK juga menjelaskan mengenai pengalaman dan kesuksesannya dalam membangun lembaga riset di Brasil, Uni Emirat Arab, dan China. Selain itu, KBRI di Berlin dan Atase Perindustrian di Brussel juga akan mendukung dan memfasilitasi komunikasi tersebut dan hal lain yang diperlukan oleh semua pihak,” tutupnya.
ADVERTISEMENT